TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta terpantau perkasa di tengah tertekannya mata uang Asia. Pada akhir perdagangan pekan ini, Jumat 3 April 2020, rupiah ditutup menguat 65 poin atau 0,39 persen menjadi Rp 16.430 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.495 per dolar AS.
"Dengan rendahnya suku bunga di berbagai bank sentral global terutama AS, Eropa, dan Asia, menjadi daya tarik tersendiri untuk pasar dalam negeri. Apalagi suku bunga masih relatif tinggi sehingga sangat wajar kalau pelaku pasar kembali yakin terhadap prospek pasar keuangan dan perekonomian domestik," komentar Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Jumat.
Menurut Ibrahim, hal tersebut terlihat dari mulai masuknya aliran modal asing (inflow) ke Indonesia dalam beberapa hari terakhir.
Mengacu data Bank Indonesia (BI) pada periode 30 Maret-2 April 2020, terjadi beli bersih (net buy) di pasar keuangan domestik sebesar Rp 3,28 triliun.
Aliran modal masuk tersebut dominan berasal dari pembelian Surat Berharga Negara (SBN). Adapun aliran kas masuk (inflow) dari SBN tercatat Rp 4,09 triliun, sedangkan di pasar saham pada periode tersebut masih terjadi net sell (outflow) Rp 820 miliar.
Analisis Bank Indonesia, data aliran modal masuk itu menandakan bahwa kepanikan investor akibat wabah COVID-19 semakin mereda. "Masuknya dana ke Indonesia ini mengartikan ada secercah harapan karena kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, BI, serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan keyakinan kepada pasar," ujar Ibrahim.
Nilai tukar rupiah pada Jumat pagi sudah dibuka menguat di posisi Rp 16.445 per dolar AS. Sepanjang hari pun, rupiah bergerak di kisaran Rp 16.430 per dolar AS hingga Rp 16.505 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan rupiah menguat menjadi Rp 16.464 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp 16.741 per dolar AS.
ANTARA