TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa pandemi corona baru atau COVID-19 adalah kejadian yang tidak biasa. Karena itu, dibutuhkan kebijakan yang juga luar biasa untuk menghadapi dan mengatasi dampaknya.
“Ini inkonvensional, nonkonvensional, dan unorthodox yang artinya tidak bisa disebut biasa lagi. Situasi ini adalah extraordinary atau di luar suasana biasa sehingga membutuhkan action dan policy yang extraordinary,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.
Sri Mulyani menyatakan, berbagai negara telah mengeluarkan langkah-langkah inkonvensional dengan menyinergikan kebijakan fiskal, moneter, dan relaksasi di sektor keuangan dalam rangka merespons dampak virus corona tersebut.
Ia mencontohkan Australia yang memberikan jaminan pendapatan kepada seluruh warganya dengan nilai minimal 1.500 dolar Australia per orang. Sehingga, pemerintah Australia membutuhkan hingga 130 miliar dolar Australia.
“Pemerintah memberikan minimum income support kepada seluruh orang Australia yang harus didaftarkan. Itu termasuk dalam paket 9,7 persen terhadap Gross Domestic Product (GDP) nya Austalia,” ujarnya.
Karena kebijakan itu, kata Sri Mulyani, masyarakat Australia terutama kelompok bawah dan pekerja merasa tenang dalam menghadapi kebijakan larangan ke luar rumah .
Sri Mulyani juga mencontohkan Kanada yang juga mengeluarkan insentif fiskal sebesar 6 persen dari GDP, Perancis sebesar 2 persen dari GDP, dan Singapura yang menggelontorkan dana luar biasa dengan nilai paket mencapai hampir 11 persen dari GDP.