TEMPO.CO, Tabanan - Seiring makin besarnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan di masa pandemi virus Corona saat ini, usaha industri rumahan yang membuat Bilik Disinfektan di Tabanan mulai kebanjiran pesanan.
Usaha industri yang dilakukan puluhan warga Tabanan dengan menggunakan sensor otomatis ini telah menerima pesanan dari sembilan kabupaten/kota di Bali terkait upaya antisipasi Covid-19.
"Bilik-bilik ini nantinya digunakan sebagai alat sterilisasi COVID-19," kata pembuat Bilik Disinfektan, I Gusti Ngurah Adnyana, saat ditemui di kawasan Banjar Jaga Satru, Desa Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali, Rabu, 1 April 2020.'
Adnyana menjelaskan ide awal membuat bilik yang terbuat dari tiang besi dan diberi plastik pengaman itu terinspirasi dari bilik yang dilihatnya pada tayangan televisi di Provinsi Surabaya. Untuk membuat satu bilik disinfektan menghabiskan biaya antara Rp 2,5 juta hingga Rp 5 juta.
"Dengan biaya modal tersebut kami menjual bilik tersebut per unitnya antara Rp 3 juta hingga Rp 7 juta," ujar Adnyana.
Selama empat hari beroperasi, industri rumahan ini sudah memproduksi 200 bilik disinfektan untuk didistribusikan di seluruh kabupaten di Pulau Dewata Bali. Dari pembuatan dan penyebaran bilik ini tidak hanya ditempatkan di Kabupaten Tabanan, bilik disinfektan ini telah tersebar ke beberapa kabupaten lain di Bali, seperti Gianyar, Denpasar dan Klungkung.
Ia berharap dengan adanya bilik disinfektan ini diharapkan masyarakat bisa merasa lebih aman berkunjung ke area publik seperti pasar.
Tak hanya bilik disinfektan, sejumlah perajin di Bali juga menggenjot produksi alat pelindung diri atau APD berupa masker. Perajin yang tergabung dalam Asosiasi Bordir, Endek dan Songket (Asbest) Kota Denpasar, Bali, misalnya, memproduksi APD berupa masker untuk membantu atasi kelangkaan di tengah wabah virus corona penyebab COVID-19.
Ketua Umum Asbest Kota Denpasar, Ni Wayan Ria Mariani menjelaskan kelangkaan APD, khususnya masker membuat harga di pasaran semakin melonjak. Untuk mengurangi beban masyarakat dan memastikan ketersediaan masker, UKM yang tergabung dalam Asbest ikut andil memproduksi masker berbahan kain.
Organisasi 50 usaha kecil menengah (UKM) di Kota Denpasar itu memproduksi sedikitnya 150 masker per hari dari satu UKM. Tujuan awal hanya membantu teman-teman di Asbest agar tenaga kerja tidak banyak dirumahkan.
ANTARA