TEMPO.CO, Jakarta -PT Bank BTPN Tbk mencatat pertumbuhan kredit meningkat 108 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp 141,8 triliun pada 2019.
Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana menyampaikan penyaluran kredit pada tahun lalu ditopang oleh pembiayaan korporasi sebesar Rp 75,7 triliun, atau tumbuh 15 persen yoy. Penyaluran pembiayaan dilakukan melalui sejumlah sindikasi untuk proyek ketahanan energi, ketahanan pangan, dan infrastruktur.
“Melalui pembiayaan ke segmen korporasi dan industri pendukungnya, kami bersama pemegang saham pengendali (SMBC) berkomitmen mendukung program nasional dalam mewujudkan pemerataan kesejahteraan serta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Ongki, dikutip melalui keterangan resmi, Selasa, 24 Maret 2020.
Ongki mencontohkan, Bank BTPN bersama induk usahanya, Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), memimpin sindikasi pembiayaan dari 18 institusi perbankan dan lembaga keuangan global kepada PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III senilai US$ 390,6 juta pada tahun lalu.
Selain itu Bank BTPN berpartisipasi dalam pembiayaan (project finance) untuk proyek lapangan gas Jambaran-Tiung Biru milik PT Pertamina EP Cepu dalam konsorsium bersama 12 bank nasional dan asing.
Di samping kredit sindikasi, Bank BTPN memberikan pinjaman secara bilateral ke perusahaan swasta nasional, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), industri otomotif, hingga perusahaan yang bergerak di bidang ekspor impor.
Ongki menuturkan, penyaluran kredit perseroan juga ditopang oleh segmen kredit usaha kecil dan menengah (UKM) serta kelompok prasejahtera produktif melalui anak usaha, BTPN Syariah.
Di tengah laju kredit yang signifikan, perseroan pun berhasil menjaga kualitas penyaluran kredit yang tetap sehat dan mengedepankan prinsip kehati-hatian, tercermin dari rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) sebesar 0,8 persen secara gross.
Dari sisi himpunan dana, perseroan mencatat memperoleh Rp 145,8 triliun atau meningkat 81 persen yoy pada 2019, terdiri dari dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp 86,9 triliun, pinjaman pihak lain Rp 52,9 triliun, dan pinjaman subordinasi Rp 6 triliun.
Dari total DPK, Bank BTPN berhasil meningkatkan porsi current account savings account (CASA) atau dana murah menjadi 28 persen pada 2019, lebih tinggi dibandingkan porsi pada 2018 yang sebesar 13 persen.
Oleh karenanya, rasio kecukupan likuiditas atau liquidity coverage ratio (LCR) perseroan tercatat sebesar 219 persen dan net stable funding ratio (NSFR) sebesar 113 persen, jauh di atas ketentuan minimum regulator sebesar 100 persen.
Sementara dari sisi profitabilitas, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 2,6 triliun, meningkat 40 persen yoy.
"Dengan rasio kecukupan modal [capital adequacy ratio/CAR] sebesar 24,2 persen, Bank BTPN masih memiliki kemampuan ekspansi yang kuat. Perlu digarisbawahi, pencapaian ini menggunakan perbandingan antara kondisi bank setelah merger dan bank sebelum merger," kata Ongki.
Perseroan juga menyatakan akan terus berinovasi dalam memberikan layanan kepada nasabah, khususnya dengan dukungan teknologi digital. Hingga akhir Desember 2019, jumlah pengguna terdaftar Jenius tercatat mencapai lebih dari 2,4 juta nasabah, yang tumbuh 97,8 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Sebagai pionir di bank digital, Jenius akan terus berinovasi dalam menghadirkan fitur-fitur baru yang unik dan relevan dengan kebutuhan nasabah. Kami percaya platform ini akan memainkan peran penting dalam pengembangan bisnis ritel Bank BTPN di masa depan,” tutur Ongki.
BISNIS