TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perindustrian mencatat nilai ekspor industri pengolahan periode Januari-Februari 2020 sebesar US$ 21,76 miliar. Nilai ekspor ini naik 10,93 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian Janu Suryanto mengatakan Amerika Serikat masih menjadi tujuan utama ekspor manufaktur dari Indonesia.
“Pada Februari 2020, Amerika Serikat menjadi negara tujuan ekspor utama industri pengolahan dari Indonesia, diikuti oleh China, Singapura, Jepang, dan India,” ujar Janu.
Apabila dilihat pertumbuhan secara tahunan, ekspor Indonesia ke lima negara tersebut mengalami lonjakan. Ekspor ke Amerika Serikat naik 29,05 persen, Cina naik 16,81 persen, Singapura naik 57,50 persen, Jepang tumbuh 12,65 persen dan India naik 4,83 persen.
Dalam dua bulan pertama 2020, menurut Janu, capaian kinerja pengapalan produk manufaktur memberikan kontribusi hingga 78,92 persen dari total nilai ekspor yang menembus US$ 27,57 miliar.
“Sementara itu, nilai ekspor industri pengolahan pada Februari 2020 tercatat sebesar US$ 11,03 miliar, naik 2,73 persen dibanding Januari 2020 (month-to-month) yang mencapai US$10,73 miliar. Jika dibandingkan dengan Februari 2019 (year-on-year), kinerja ekspor industri pengolahan pada Februari 2020 naik 17,11 persen,” kata Janu dalam keterangan tertulis Senin 23 Maret 2020
Janu melanjutkan neraca perdagangan industri pengolahan pada periode Januari-Februari 2020 surplus sebesar US$ 1,22 miliar. Sementara itu, neraca perdagangan industri pengolahan pada Februari 2020 mencatatkan surplus US$ 2,07 miliar.
Tercatat untuk sektor industri makanan menjadi penyumbang devisa terbesar dari total nilai ekspor industri pengolahan pada Januari-Februari 2020 yakni mencapai US$ 4,7 miliar. Angka tersebut naik 9,3 persen dibanding perolehan di periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 4,3 miliar.
Sektor lainnya yang mendorong pertumbuhan ekspor industri manufaktur adalah industri logam dasar yang nilai ekspor menembus US$ 3,5 miliar. Kemudian, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar US$ 1,9 miliar, industri pakaian jadi US$ 1,4 miliar, serta industri karet, barang dari karet dan plastik senilai US$ 1,2 miliar sepanjang dua bulan pertama awal tahun ini.
Sementara untuk capaian nilai ekspor, industri makanan juga menjadi penyumbang paling besar pada industri pengolahan per Februari 2020. Capaian nilai ekspor industri makanan tercatat mencapai US$ 2,45 miliar atau berkontribusi 22,26 persen. Janu melanjutkan, pada Februari 2020, ekspor industri makanan naik 8,94 persen dibanding Januari 2020.
Jika dilihat dari faktor pembentuk, nilai ekspor sektor industri makanan pada Februari 2020 didominasi oleh komoditas minyak kelapa sawit sebesar US$ 1,51 miliar. Komoditas minyak kelapa sawit memberikan kontribusi 61,41 persen, naik dibandingkan bulan Januari 2020 yang mencapai 60,62 persen.
Sektor selanjutnya adalah industri logam dasar yang nilai ekspornya menembus US$ 1,77 miliar, kemudian industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia yang mencapai US$ 999 juta, industri pakaian jadi sebesar US$673 juta, serta industri karet, barang dari karet dan plastik yang mencapai US$600 juta pada bulan kedua tahun ini.