TEMPO.CO, Jakarta - PT Kereta Commuter Indonesia mencatat jumlah pengguna KRL Commuterline Jabodetabek turun signifikan dalam sepekan terakhir. Penurunan itu dinilai terjadi seiring dengan kebijakan dan imbauan pemerintah agar perkantoran menerapkan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH).
"Dalam satu pekan terakhir, jumlah pengguna KRL telah turun 50-60 persen dari rata-rata satu juta pengguna per hari menjadi hanya 400-500 ribu pengguna setiap harinya," ujar VP Corporate Communications PT KCI Anne Purba dalam keterangan tertulis, Senin, 23 Maret 2020.
Kendati telah ada penurunan jumlah penumpang, KCI justru menormalkan kembali jadwal operasi KRL mulai Senin sore, 23 Maret 2020 pukul 15.00 WIB. Keputusan itu diambil setelah PT Kereta Commuter Indonesia melakukan evaluasi atas penyesuaian jadwal operasional KRL.
Dengan normalisasi jadwal ini, KRL akan kembali beroperasi melayani 991 perjalanan per hari mulai pukul 04.00 WIB hingga 24:00 WIB. Hal ini berlaku untuk seluruh 80 stasiun dan seluruh rute KRL.
"Dengan normalisasi jadwal ini, kami mengimbau pengguna untuk tetap beraktivitas dari rumah, kecuali kegiatan yang sangat perlu dan mendesak. Jadwal KRL Kembali normal tidak untuk dimanfaatkan bepergian dengan tujuan-tujuan yang tidak mendesak," kata Anne.
Terkait upaya pencegahan penyebaran Virus Corona di transportasi publik, Anne mengatakan perseroan telah melakukan pembersihan kereta secara intensif dengan disinfektan, pengukuran suhu tubuh pengguna, penyediaan hand sanitizer di kereta dan stasiun hingga lebih dari 2.000 botol. Selanjutnya, di beberapa stasiun juga mulai tersedia tempat cuci tangan selain di toilet, bagi pengguna untuk digunakan sebelum maupun sesudah menggunakan KRL.
Penerapan jarak sosial (social distancing) di stasiun dan kereta juga dilakukan di dalam stasiun dan kereta. Di dalam stasiun, PT KCI bersama KAI membuat garis batas antrean di loket, gate, dan sebelum pemeriksaan suhu tubuh. Selanjutnya petugas juga mengarahkan pengguna untuk dapat mengisi kereta/gerbong yang kosong terlebih dahulu. Selama perjalanan, petugas pengawalan kereta juga bergerak menghimbau pengguna untuk berpindah dari kereta/gerbong yang penuh ke kereta/gerbong yang lebih kosong.