Dengan begitu, kata dia, para pedagang yang menggantungkan pendapatannya pada penjualan harian tak mampu memenuhi kebutuhan dasar rumah tangganya. Dalam kondisi seperti ini, ia menyarankan instansi pengumpul zakat memanfaatkan pendistribusian bantuan kepada kelompok-kelompok kecil UMKM dan pekerja informal yang kehilangan pekerjaan.
"Jadi kita harus mengaktifkan pola-pola respons ke masalah yang relatif mendasar. Misalnya dengan menyiapkan BLT (bantuan langsung tunai) yang in line dengan pemerintah," ujar Bambang.
Bantuan sosial ini disarankan memanfaatkan basis-basis kawasan melalui lembaga penyalur zakat daerah. Bantuan pun bisa dipercepat dengan pola distribusi yang sudah diatur oleh masing-masing instansi.
Di sisi lain, untuk tetap menjaga transaksi konsumsi rumah tangga harian, ia menyarankan masyarakat menerapkan pola komunikasi peer to peer atau dua arah melalui sistem digital. Dengan begitu, pemilik warung atau rumah makan dan industri kecil lainnya bisa menawarkan pola pemesanan melalui sosial media atau perpesanan instan. "Fase krisis ini kami prediksi akan berlangsung 1 bulan. Jadi bagaimana masyarakat bisa mengelola dinamika peer to peer agar konsumsi tetap jalan," ujarnya.