Dihubungi terpisah, ekonom Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah mengatakan, Indonesia saat ini menghadapi sebuah kondisi perlambatan ekonomi yang massif. Namun dia menilai belum akan sampai krisis seperti tahun 1997-1998.
"Wabah pandemi corona dampaknya memang sangat besar, skalanya global. Menyebabkan turunnya permintaan dan harga komoditas, dan di domestik menghancurkan hampir semua sektor," kata dia.
Situasi semakin memburuk, kata dia, karena timbul ketidakpastian. Di mana tidak ada yang bisa memprediksi kapan wabah itu berakhir. Akibatnya terjadi kepanikan disektor keuangan.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, kondisi perekonomian dan pelemahan nilai tukar rupiah saat ini berbeda dengan krisis yang terjadi pada 1998 dan 2008. Menurut dia, pelemahan terjadi di seluruh pasar uang global karena sentimen negatif dari virus Corona atau Covid-19.
"Sekarang yang terjadi adalah kepanikan seluruh pasar keuangan global, termasuk pemilik modal, karena begitu cepat merebaknya virus ke Eropa, Inggris, dengan eskalasi yang cepat," kata Perry dalam video conference usai Rapat Terbatas dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Jumat, 20 Maret 2020.
Dia mengatakan dalam kondisi ini investor dan pelaku pasar global melepas semua aset yang mereka miliki seperti saham, obligasi, emas, dijual dalam dolar. Akibatnya, di seluruh dunia terjadi permintaan dolar di pasar keuangan global.