TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Jumat, 20 Maret 2020, melemah menembus level Rp 16.038 per dolar Amerika Serikat. Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mengakui kondisi tersebut akan berdampak terhadap sejumlah industri, khususnya sektor penerbangan.
"Memang secara kondisi ini berat, khususnya untuk industri penerbangan, karena saat ini beberapa negara sudah menutup akses (lock down) dan umrah pun tidak," ujar Erick dalam siaran langsungnya pada Jumat, 20 Maret 2020.
Erick mengatakan, untuk menyelamatkan bisnis maskapai penerbangan pelat merah, yakni PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, pihaknya telah melakukan renegosiasi secara menyeluruh kepada kreditur. Renegosiasi dilakukan dalam jangka waktu 1,5 bulan setelah virus corona mulai merambah secara global.
Di sisi lain, Erick telah meminta perbankan pelat merah membantu menurunkan suku bunga agar bisnis industri tetap bisa berjalan.
"Kami juga akan mengajukan relaksisasi kepada OJK (Otiritas Jasa Keuangan) untuk sektor-sektor sejenisnya yang terdampak, yang mempunyai pinjaman ke bank-bank BUMN," katanya.
Erick mengakui situasi ini dirasakan merata oleh dunia usaha secara global. Karena itu, ia menyebut pada 2020, kementeriannya butuh upaya keras untuk mempertahankan performa perusahaan BUMN agar bisa likuid seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Saya harus jujur, kalau meraih deviden lebih baik atau mempertahankannya, memang penuh tantangan dalam kondisi saat ini. Mungkin saja tak tercapai. Tapi saya yakin kita akan cepat recover," kata Erick.
Senada dengan Erick, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyatakan pihaknya telah berencana meminta penjadwalan ulang atau reschedule pembayaran utang kepada lessor atau perusahaan pemberi sewa barang modal. "Iya, akan kami ajukan reschedule," ujarnya saat dihubungi Tempo.
Irfan belum ingin mendetailkan permintaan keringanan tenggat waktu pembayaran tanggungan yang ia maksud. Namun, rencana itu akan disampaikan setelah dirembuk matang bersama dewan direksi.
"Nanti kalau sudah conclude kami sampaikan," ujar Irfan.
Dalam laporan keuangan yang dirilis maskapai penerbangan pelat merah per September 2019, total utang emiten berkode GIAA tersebut mencapai US$ 1,6 miliar. Utang itu termasuk untuk pembayaran leasing pesawat. Dari keseluruhan liabilitas, total utang jangka pendek Garuda adalah senilai US$ 1,43 miliar atau sebesar 89,5 persen.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA