TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan terus mencermati pergerakan nilai tukar rupiah. Dia mengatakan, saat ini para investor global sedang menghadapi tekanan ketidakpastian yang sangat tinggi akibat wabah virus Corona atau Covid-19.
Hal itu, kata dia, terlihat dari bursa Dow Jones yang anjlok dan premi risiko yang meningkat sangat tinggi. "Kita juga semua negara menghadapi bahwa investor global melepas asetnya, baik saham, maupun SBN. Sekarang cash is the king, bukan masalah fundamental, bukan masalah ekonomi, tapi cenderung kepanikan," kata Perry dalam siaran langsung pengumuman Rapat Dewan Gubernur di Bank Indonesia, Jakarta, Kamis, 19 Maret 2020.
Kepanikan itu, kata dia, menyebabkan premi berisiko tinggi dan membuat tekanan terhadap negara. Di mana hal itu, membalikkan modal yang besar secara bersama. Karena itu, menurut Perry, BI terus memastikan mekanisme terjaga di pasar uang valas dengan triple intervention.
"Yang kami pastikan, bagaimana penentuan nilai tukar rupiah di pasar, baik broker maupun interbank itu convergent. Kami pastikan dari pagi sampai sore BI berada di pasar menjaga confidence dan kecukupan likuiditas agar dalam situasi yang sangat sulit terus dijaga," kata Gubernur BI.
Di aplikasi RTI, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada sore berada di Rp 15.913. Angka itu menunjukkan pelemahan 695 poin atau 4,57 persen. Pergerakan hari ini, rupiah masihi sempat menguat di angka 15.218.
Dalam situs resmi Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR, tercatat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menyentuh posisi Rp 15.712. Angka tersebut menunjukkan pelemahan 489 poin dari nilai kemarin yang sebesar Rp 15.223 per dolar AS. Sedangkan pada 18 Maret 2020, kurs jual US$ 1 terhadap rupiah, yaitu Rp 15.299 dan kurs beli Rp 15.146