TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah mengatakan Bank Indonesia punya peluang menurunkan suku bunga acuan atau BI 7 Day Repo Rate. Hal itu karena dia melihat bank sentral Amerika Serikat atau The Fed yang telah menurunkan suku bunga acuan secara drastis.
"BI punya peluang untuk menurunkan suku bunga acuan BI7DRR. Tujuannya untuk mensupport perekonomian di tengah hantaman virus global," kata Piter saat dihubungi Kamis, 19 Maret 2020.
Dia memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga acuan 25 hingga 50 basis poin(bps). Menurut dia, ketika perekonomian melambat salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah BI menurunkan suku bunga melonggarkan likuiditas. "Saya Kira harapan pasar seperti itu juga," kata dia.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta juga memperkirakan BI menurunkan suku bunga acuan. Dia menilai hal itu untuk menjaga agar inflasi stabil.
"Komitmen dalam mendukung economic growth di tengah global uncertainty akibat COVID-19 outbreak," kata Nafan.
Dia melihat harapan pelaku pasar ialah berkaitan dengan meningkatkan capital inflow yang mengalir ke pasar modal di tanah air. Serta mampu meningkatkan iklim investasi yang positif kedepan, khususnya di sektor riil.
Hari ini BI akan mengumunkan suku bunga acuan pertama kali menggunakan metode siaran langsung jarak jauh atau live streaming.
Sebelumnya Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia 19-20 Januari 2020 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 25 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen. Suku bunga fasilitas simpanan juga turun 25 bps menjadi 4,00 persen, dan suku bunga fasilitas pinjaman turun 25 bps menjadi 5,50 persen.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran, stabilitas eksternal yang terjaga, serta upaya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik.
"Serta sebagai langkah pre-emptive untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah tertahannya prospek pemulihan ekonomi global sehubungan dengan terjadinya Covid-19, (virus corona)" kata dia pada konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Kamis, 19 Februari 2020.