TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengakui sektor investasi ikut terdampak oleh wabah virus corona (Covid-19). Namun menurutnya, hal itu tak serta merta membuat target investasi di dalam negeri direvisi.
"Tidak ada target yang turun atau mundur. Yang terjadi adalah eksekusi dari investasi itu agak mundur, tapi di beberapa tempat kami sekarang ini sudah mulai mengejar itu," kata dia melalui siaran langsung resmi Kementerian Maritim dan Investasi, Senin 16 Maret 2020.
Luhut menjelaskan, investasi asal Cina senilai US$ 11 miliar misalnya, akan mulai direalisasikan. Keyakinan itu juga dilihat dari mulai pulihnya kondisi di Negeri Tirai Bambu yang telah memulai kembali aktivitas produksinya.
"Yang tadinya terhenti karena Coronavirus di sana, sekarang mereka sudah mulai satu shift, dua shift dan awal bulan depan sudah mulai tiga shift. Artinya di sana sudah mulai aman," ujarnya.
Selain investasi Cina, Luhut menambahkan, investor dari Uni Emirat Arab hingga dari Australia pun disebutkan tak ada yang terganggu. Namun, ia mengakui realisasinya terhambat akibat wabah virus Corona di seluruh dunia.
"Overall (secara umum), saya kira oke, hanya memang slow down (lambat) dalam eksekusinya," katanya.
Luhut juga sempat menyinggung melesetnya target pembangunan fasilitas pemurnian dan pengolahan mineral (smelter) yang seharusnya rampung pada 2022. Menurutnya, hal itu terjadi dikarenakan banyaknya tenaga kerja asal Cina yang belum bisa kembali ke Tanah Air guna melanjutkan pekerjaan awal pembangunan smelter. "Saya kira jalan walaupun slow down walaupun pekerjanya banyak yang balik ke Tiongkok chinese new year. Belum kembali," ucapnya.
Kendati demikian, Luhut memastikan tahun ini Indonesia akan tetap mulai memproduksi baja karbon (carbon steel) setelah sebelumnya fokus untuk memproduksi baja tahan karat (stainless steel). "Sekarang meningkat ke carbon steel," katanya.
EKO WAHYUDI