Sebelum virus corona masuk ke Indonesia, pemerintah mengklaim alat deteksi seperti thermal scanner telah dipasang di seluruh pintu masuk ke Indonesia. Tapi kenyataannya, pasien positif virus corona tetap bisa masuk dan lolos ke Indonesia.
Selasa 10 Maret 2020, juru bicara penanganan wabah virus corona Achmad Yurianto mengatakan sebanyak 12 dari 27 kasus positif virus corona di Indonesia, merupakan kasus imported case atau tertular dari luar negeri. Ia menduga ada kemungkinan para pasien tersebut sebelumnya tidak terlacak sebagai suspect COVID-19 saat keluar masuk bandara karena suhu badan mereka normal.
"Pasti kalau tidak terlacak oleh thermal scanner berarti suhunya memang tidak panas," ujarnya di Kantor Presiden, Jakarta. Selain itu, ada kemungkinan yang bersangkutan memang murni dalam masa inkubasi. Masa ini merupakan waktu yang diperlukan oleh patogen untuk berlipat ganda hingga dapat menimbulkan gejala pada inangnya.
PT Angkasa Pura II (Persero) sebenarnya sudah punya prosedur penanganan virus corona. Kepada Erick Thohir, Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin menjelaskan pihaknya memiliki dua prosedur terhadap pesawat yang baru saja mendarat, untuk pesawat yang berisi suspect corona dan tidak.
Pertama jika di dalamnya ada suspect corona, maka pesawat itu akan diminta beranjak ke Isolated Parking Area. Lalu, dilakukan pemeriksaan penumpang di dalam pesawat. Proses ini akan dilanjutkan sampai suspect corona menuju ruang isolasi. Setelah itu, suspect corona dibawa ke RS rujukan penanganan corona.
Kedua jika di dalamnya tidak ada pasien suspect corona, maka pesawat parkir secara normal. Namun, ada pemeriksaan Health Certificate (HC) dan HAC. Setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan suhu tubuh dengan Thermal Scanner.
Jika suhu tubuh penumpang di atas 38 derajat Celcius, maka petugas bandar akan membawanya ke ruang isolasi. Jika di bawah itu, penumpang bisa langsung ke ruang imigrasi untuk melanjutkan perjalanannya.