TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM Bambang Gatot menyatakan pembangunan fasilitas pemurnian dan pengolahan (smelter) terganggu akibat dampak mewabahnya virus corona jenis baru (Covid-19).
Bambang mengaku melihat langsung bagaimana pembangunan fasilitas smelter milik perusahaan asal Cina, Virtue Dragon Nickel Industry di Sulawesi Tenggara yang terganggu. "Memang yang masih dalam tahap pembangunan masih terganggu karena tenaga kerja asal Cina yang pulang tidak bisa kembali," katanya, Kamis, 12 Maret 2020.
Sebanyak 300-400 pekerja asal Cina, kata Bambang, belum bisa kembali ke Indonesia untuk melanjutkan pekerjaannya. "Jadi yang masih berjalan dan sudah berjalan (sudah produksi) sepertinya tidak mengalami gangguan tapi yang masih konstruksi mengalami gangguan," ucapnya.
Bambang memperkirakan dampak corona cepat atau lambat akan dapat terasa bagi industri tambang. Namun, hingga saat ini belum ada perusahaan yang menyampaikan keluhan atau gangguan akibat meluasnya dampak virus itu.
Terkait komoditas tambang, Bambang menilai harganya saat ini masih cenderung stabil. Namun begitu, tak tertutup kemungkinan dampak penurunan harga komoditas akan terasa dalam waktu panjang.
"Saya amati dari perkembangan harga masih bagus, mulai dari bauksit, timah, emas, batubara juga relatif lumayan. Jadi belum tercermin kondisi tidak membaik, itu belum kelihatan," katanya.
Kementerian ESDM menargetkan pembangunan 52 fasilitas pemurnian atau smelter hingga 2023 dengan rencana investasi US$ 20,4 miliar. Kini sudah ada 17 smelter eksisting dengan rincian 11 smelter nikel, dua smelter bauksit, satu smelter besi, dua smelter tembaga, dan satu smelter mangan. Pemerintah berencana menambah 18 smelter nikel, 7 smelter bauksit, 3 smelter besi, 2 smelter tembaga, 1 smelter mangan dan 4 smelter timbal dan seng.
ANTARA