TEMPO.CO, Cikarang - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mendorong agar industri farmasi bisa mempercepat substitusi bahan baku impor dengan bahan baku lokal. Dengan begitu, devisa negara bisa ditingkatkan dan stabilitas pertumbuhan ekonomi dalam negeri dapat dipertahankan.
“Apalagi saat ini terjadi wabah Corona, di mana upaya kesehatan masyarakat meningkat tajam. Sehingga kebutuhan obat-obatan juga naik,” kata Agus saat meninjau Pusat Riset Obat Modern Asli Indonesia di Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences di Cikarang, Bekasi, Rabu, 11 Maret 2020.
Agus menjelaskan, saat ini industri farmasi menjadi salah satu industri yang terdampak dengan adanya wabah tersebut karena 60 persen kebutuhan bahan baku berasal dari Cina. Padahal industri farmasi merupakan salah satu industri nonmigas yang menjadi target pertumbuhan industri nasional.
Oleh karena itu, Agus sangat mendukung langkah Dexa Group yang sudah siap hingga ke industri hilir dengan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI). Pasalnya, produk Dexa Group nantinya akan memiliki tingkat kandungan dalam negeri 100 persen dan bisa dimaksimalkan penggunaannya di program Jaminan Kesehatan Nasional atau JKN.
"Selain kita mendapatkan substitusi produk impor farmasi, kami juga akan mendorong ekspornya,” ujar Agus. Dengan begitu, langkah Dexa Group akan menimbulkan multiplier effect yang semakin mendorong pertumbuhan ekonomi.
Terhadap substitusi bahan baku impor farmasi, Dexa Group sebagai perusahaan Nasional telah mengupayakan kemandirian bahan baku farmasi melalui OMAI sejak tahun 2005. OMAI merupakan obat-obatan yang bahan bakunya berasal dari alam Indonesia, sehingga mudah didapatkan dan tidak tergantung dengan impor.
Industri farmasi nasional mencatat, sekitar 95 persen kebutuhan bahan baku farmasi di Indonesia berasal dari impor. Adapun nilai impor bahan baku obat setiap tahun mencapai US$ 2,5 miliar hingga US$ 2,7 miliar dengan nilai impor bahan baku terbesar berasal dari Cina yang mencapai 60 persen, diikuti India dan negara lainnya.
ANTARA