TEMPO.CO, Banten - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir telah memerintahkan 12 perusahaan pelat merah untuk membeli lagi saham mereka alias buyback. Terobosan ini dianggap Erick layaknya program Biodiesel 30 persen (B30) pada komoditas kelapa sawit.
“Kalau asing nggak percaya sama Indonesia, ya kami lakukan sendiri. Seperti palm oil, kelapa sawit, ketika mereka nggak percaya kami lakukan B30,” kata Erick saat ditemui di Bandara Soekarno Hatta, Banten, Rabu, 11 Maret 2020. Adapun B30 merupakan proyek energi pemerintah yang lahir setelah kelapa sawit Indonesia mulai ditolak di negara-negara Eropa.
Indonesia, kata Erick, merupakan negara besar sehingga tidak perlu khawatir dengan investor asing ini. Meski begitu, Erick juga menyebut tidak boleh ada perasaan anti dengan investor asing. “Makanya kami lakukan (buyback), kalau mereka sedang nggak percaya sama market indonesia, ya kami lakukan lakukan,” kata dia.
Sejak Senin, 9 Maret 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat anjlok hingga lebih dari 6 persen karena dipicu sentimen negatif global. IHSG ditutup melemah 361,73 poin atau 6,58 persen ke posisi 5.136,81. Kaburnya investor asing ditengarai menjadi salah satu penyebabnya penurunan ini.
Akibatnya, sehari kemudian, Kementerian BUMN pun mengumumkan kebijakan buyback ini. Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan kebijakan ini diambil untuk mengembalikan kepercayaan kepada pasar di tengah anjloknya IHSG. “Mudah-mudahan bisa memperbaiki kinerja pasar kita terhadap isu yang ada,” kata dia.
Adapun 12 perusahaan yang terlibat mulai dari Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Adhi Karya, Waskita Karya, Wijaya Karya, Bukit Asam, dan BUMN lainnya. Total anggaran yang disiapkan yaitu sekitar Rp 7 sampai 8 triliun. Hari ini dan besok, rapat komisaris pun diadakan di 12 perusahaan ini untuk menghasilkan keputusan final.
Saat ditanya efek buyback ini pada IHSG, Erick mengatakan pihaknya hanya mencoba meminimalisir dampak negatif yang ada. Lewat buyback ini, Erick Thohir juga ingin memastikan deviden dari perusahaan BUMN yang besar harus terus meningkat. Selain itu, buyback ini juga merupakan upaya melawan pihak yang menggoreng saham yang kerap terjadi di pasar modal.
Sementara itu, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan buyback dilakukan bertahap untuk melihat kemampuan dari dalam negeri, seraya menahan sell off dari investor asing. “Kami yakin para investor dalam negeri mulai masuk lagi untuk membeli saham, makanya kami akan galang dana pensiun dan Taspen, tentu bisa juga masuk untuk bantu supaya pergerakan saham lebih stabil,” kata dia.