TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar atau kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi ini masih melemah seiring kekhawatiran dampak wabah virus Corona atau COVID-19 yang makin meluas. Pada pukul 10.40 WIB, rupiah bergerak melemah 121 poin atau 0,85 persen menjadi Rp 14.364 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.243 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan kekhawatiran terhadap penyebaran wabah COVID-19 masih akan menjadi sentimen negatif untuk rupiah awal pekan ini.
Sementara harga emas hari ini naik menembus ke atas kisaran US$ 1.700 per ounce dan minyak mentah WTI tembus ke bawah area US$ 30 dolar AS per barel. "Ini mengindikasikan kekhawatiran akan dampak corona yang semakin tinggi," ujar Ariston, Senin, 9 Maret 2020.
Ariston memprediksi rupiah hari ini bergerak di kisaran Rp 14.200 per dolar AS hingga Rp 14.400 per dolar AS. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp 14.342 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp 14.267 per dolar AS.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo sebelumnya menegaskan pihaknya akan terus memantau dan berada di pasar keuangan untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah situasi ketidakpastian akibat virus Corona.
BI mengambil tiga langkah untuk menjaga nilai tukar rupiah, yaitu intervensi di pasar spot, relaksasi domestic non-delivery forward (DNDF), dan pembelian surat berharga negara (SBN) yang dilepas investor di pasar sekunder. Triple intervention ini sebetulnya sudah dilakukan sejak lama namun kini intensitasnya dinaikkan guna mencegah penurunan nilai tukar rupiah lebih dalam akibat masifnya sentimen negatif yang berasal dari penyebaran Covid-19.
Perry mengatakan Bank Indonesia telah menggelontorkan dana sebesar Rp 100 triliun untuk membeli SBN yang dijual investor asing. Lebih lanjut, sebanyak Rp 80 Triliun dibeli Bank Sentral sejak akhir Januari atau saat merebaknya wabah virus Corona di Wuhan, Cina.
ANTARA | BISNIS