TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. membuka peluang menambah armada untuk memberangkatkan calon jemaah umrah yang tertunda keberangkatannya. Pemerintah Arab Saudi hingga kini masih menutup sementara penerbitan visa umrah dan ziarah hingga waktu yang belum ditentukan.
"Kami lagi pikirkan tambahan armada yang sekarang tidak terjadwalkan untuk memenuhi mereka yang tertunda," tutur Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra di Graha Manggala Wanabakti, Ahad, 8 Maret 2020. Selama ini, perusahaan maskapai pelat merah itu punya empat penerbangan ke Tanah Suci setiap hari.
Rencananya, apabila penerbangan sudah dibuka kembali, penerbangan yang sempat tertunda akan disisipkan di antara yang telah terjadwal. Saat ini, menurut Irfan, memang sudah banyak calon jemaah yang mengantongi tiket mulai 1 April hingga Ramadan nanti.
Karena itu, ia mengatakan bakal mengkomunikasikan penjadwalan ulang penerbangan itu dengan seluruh penyelenggara perjalanan umrah. Selain disisipkan di antara penerbangan yang telah terjadwal, bisa juga penerbangan ditunda ke masa Syawal setelah Idul Fitri. "Tapi yang jelas, begitu dibuka, sepuluh hari ke depannya kami akan berangkat penuh pulang kosong. Kan enggak ada jemaah umrah dari sana," ujar Irfan.
Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Kementerian Agama M Arfi Hatim memastikan calon jemaah umrah yang menjadwalkan ulang keberangkatannya tidak akan dikenai tambahan biaya sepeser pun. Sebab, persoalan ini masuk ke dalam kategori force mejeur.
Sementara, apabila para penumpang berkehendak untuk membatalkan keberangkatan alias refund, diperkirakan uang tidak bisa kembali seratus persen karena bisa jadi sudah ada biaya yang digelontorkan penyelenggara umrah dalam mengurus perjalanan. "Karena ini penundaan, maka dipastikan semuanya aman. Kebijakan yang diambil pemerintah Arab dan Indonesia berpihak pada jemaah," ujar Arfi.
Gonjang-ganjing umrah sebelumnya terjadi sejak pemerintah Arab Saudi mengumumkan penundaan penerbitan visa kunjungan ke negaranya guna mencegah penyebaran Virus Corona pada 27 Februari 2020. Pengumuman yang berlaku seketika itu lantas menyebabkan sejumlah dampak, antara lain masih adanya jemaah asal Indonesia yang beribadah di sana.
Di samping itu, pada 27 Februari pun tercatat sekitar 2.300 anggota jemaah umrah Indonesia yang sudah berada di bandar udara dan batal berangkat lantaran adanya edaran dari Kementerian Perhubungan yang melarang penerbangan ke Arab Saudi. "Ini tentu perlu penanganan ke depan, ada maskapai yang terdampak akibat jemaah tidak berangkat," tutur Arfi.
Di saat yang bersamaan, Arfi mengatakan ada pula 1.685 anggota jemaah yang sudah terbang dari Tanah Air namun tertahan di negara transit dan tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Arab Saudi. Ia memastikan terhitung 4 Maret 2020 jemaah dari negara transit itu sudah dipulangkan kembali ke Indonesia.