Tempo.Co, Jakarta - Pelaku Usaha Bisnis Daging dan Sapi, Yustinus Sadmoko mengatakan khawatir terhadap berubahnya pola konsumsi masyarakat akibat wabah virus Corona atau Cofid 19. Merebaknya virus Corona ini diperkirakan bisa menurunkan konsumsi daging sapi.
"Biasa yang kumpul-kumpul, makan, kalau menjelang buka puasa bersama, makannya lebih banyak makan daging. Kami lihat kalau ada perubahan di situ, ada pengaruh ke ekonominya, pilihan makanannya, yang dikonsumsi akan berubah," ujar Yustinus dalam diskusi Corona dan Kondisi Kebutuhan Pokok Kita di The Maj Senayan, Sabtu, 7 Maret 2020.
Yustinus Sadmoko yang juga Direktur Utama Estika Tata Tiara mengatakan untuk saat ini sisi permintaan masih terasa naik. Hal itu, karena saat ini memang sedang dalam season yang naik, yaitu menjelang puasa atau Ramadan.
"Biasa di satu bulan atau dua bulan di supermarket sudah mulai permintaannya naik, mereka sudah mulai stok pedagang-pedagang, jadi kita lihat permintaan naik. Tapi itu karena memang sudah musimnya kami belum liat pengaruhnya dari Corona," ujarnya.
Kendati begitu, kata dia, pengusaha sangat memantau pola permintaan daging di masyarakat pada dua hingga tiga bulan ke depan. Sedangkan dari sisi supply pengusaha masih yakin, karena sampai hari ini pemerintah tidak menutup impor. Menurutnya, sumber daging sapi sebagian besar masih dari impor terutama daging.
Menurut dia, untuk lebaran sudah disiapkan dari Bulog, daging kerbau sampai dengan 25 ribu ton kedatangan sekitar bulan April, kemudian stok sapi dalam negeri juga sudah mencukupi. Karena itu dari segi supply, pengusaha tidam terlalu khawatir dalam jangka pendek sekitar enam bulan ke depan.