TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan atau OJK mencatat adanya kenaikan tipis dalam hal kredit macet perbankan alias non performing loan pada Februari 2020. Otoritas mencatat kredit macet pada bulan lalu mencapai angka 2,7 persen dari sebelumnya 2,53 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana menyatakan ada sejumlah penyebab meningkatnya kredit macet tersebut. "Ada banyak faktor. Salah satunya kreditnya turun, sehingga sedikit kelihatan meningkat (NPL-nya) tapi bukan karena kualitas loh ya," tutur Heru di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta, Kamis, 5 Maret 2020.
Sektor perbankan belakangan memang ikut terimbas oleh dampak negatif mewabahnya Virus Corona. Karena itu, Heru mengatakan otoritas telah mengeluarkan stimulus di sektor perbankan. Analisis stimulus itu telah menghitung dampak COVID-19 kepada sektor pariwisata, akomodasi, hingga manufaktur.
"Sehingga kami mengeluarkan kebijakan relaksasi kolektabilitas yang berlaku untuk bank umum, bank syariah, BPR dan BPRS, kami pun melakukan analisis kalau dampak meluas akan ada kebijakan lanjutan," ujar Heru. Kebijakan pelonggaran kolektabilitas itu berlaku untuk pinjaman di bawah Rp 10 miliar dan di atas Rp 10 miliar.
Sementara itu, Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan hingga saat ini belum ada peningkatan kredit macet akibat dampak Virus Corona sejak awal tahun lalu. "Sejauh ini belum ada, tapi sudah harus ambil tindakan, misalnya restrukturisasi, memperpanjang kredit, atau mengubah proses, jangan tunggu dia macet baru aksi," ujar Royke.
Kendati meyakini belum ada kredit yang macet, Royke mengatakan potensi tersebut perlu diantisipasi. Sebab, sinyal terkait hal tersebut sudah cukup terasa. Misalnya saja seperti pariwisata di Bali yang okupansinya menurun akibat anjloknya kunjungan ke sana setelah mewabahnya virus tersebut.
"Harus cepat dibantu sebelum dia tutup, yang penting mereka tetap bisa hidup dan beroperasi," tutur Royke. Pasalnya, apabila pengusaha di sana akhirnya tutup lapak, dampaknya pun cukup signifikan, khususnya dalam hal penyerapan tenaga kerja.
Senada dengan Royke, Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia Sunarso mengatakan semua pihak harus tetap optimistis dalam menghadapi dampak Virus Corona ini. "Jadi kebijakan ini antisipasi, bukan menangani sesuatu yabg sudah terjadi," tuturnya.
Sebelumnya, pemerintah menggelar rapat bersama Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan perusahaan perbankan guna membicarakan implementasi stimulus perekonomian dalam menghadapi dampak dari Virus Corona.
Dalam rapat itu, kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, pemerintah lebih banyak menjaring masukan dari pemangku kepentingan, khususnya pelaku perbankan. Ia berharap perbankan bisa mentransmisikan penurunan suku bunga BI kepada suku bunga kredit masing-masing bank.
"Kami juga menyampaikan prioritas pemerintah dengan stimulus paket pertama, dan kemudian kebijakan yang diambil BI dan OJK, harapannya transmisi penurunan suku bunga BI bisa dirasakan oleh masyarakat," ujar Airlangga.