TEMPO.CO, Bandung - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengatakan, kementeriannya tengah menyiapkan paket kebijakan baru untuk menentukan tarif baru energi terbarukan. Paket tarif baru ini dimaksudkan untuk mendorong investor menanam modalnya untuk mengembangkan sumber energi terbarukan.
“Tahun ini kita akan dorong pemanfaatan sumber energi terbarukan. Antara lain, kita siapkan tarif-tarif baru yang akan memberikan daya tarik tersendiri dengan kebijakan yang lebih menarik untuk investor,” kata dia, selepas mengisi kuliah umum di Institut Teknologi Bandung (ITB), Rabu, 4 Maret 2020.
Arifin mengatakan, salah satu paket yang disiapkan adalah perumusan tarif listrik baru untuk produksi listrik bersumber dari energi terbarukan. “Tarif harga listrik. Kita akan siapkan paket baru,” kata dia. Namun, ia enggan merinci lebih jauh tentang besaran tarif listrik baru itu.
Menteri ESDM pun menyinggung soal target pengembangan energi baru terbarukan dalam bauran energi primer. Tahun 2019 misalnya, penggunaan energi baru terbarukan baru di angka 8,8 persen. Pemerintah menargetkan pada tahun 2024 bauran energi baru terbarukan bisa menembus 19,5 persen. Sementara target bauran energi baru terbarukan tahun ini 13,4 persen.
Sebelumnya, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Budi Gunadi Sadikin ingin agar strategi produksi dan distribusi kelistrikan nasional diubah. Dari sisi keterjangkauan, kata dia, saat ini 99 elektrifikasi sudah tercapai. Namun kenyataannya, masih ada 433 desa yang belum teraliri listrik.
Menurut dia, meski Indonesia negara kepulauan, bukan negara daratan seperi Amerika Serikat, Cina, Eropa, dan atau Australia, banyak ilmu dan contoh buat Indonesia yang ambil dari negara itu. Yakni, di mana pembangkitnya besar dengan transmisi darat.
"Dengan 13 ribu pulau strategi distribusi itu harus berubah, tidak sama dengan strategi distribusi di negara-negara benua itu," kata Budi dalam Jakarta Energy Forum Hipmi, Senin, 2 Maret 2020.
Menurut dia, hal itu mesti dipikirkan, juga strategi produksi listrik harus berubah. Dia menilai produksi listrik yang besar dan tersentralisasi, mungkin harus jadi lebih kecil-kecil dan desentralisasi.
AHMAD FIKRI | HENDARTYO HANGGI