Tempo.Co, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir siap memerintahkan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) untuk menyetop ekspor masker yang mereka produksi. Menurut Erick, perintah itu bisa saja dilakukan jika memang ada kebutuhan yang mendesak untuk ketersediaan masker di dalam negeri di tengah penyebaran virus corona (COVID-19).
"Kalau Pak Menko (minta) stop, kami laksanakan," kata Erick Thohir saat meninjau ketersediaan masker di Apotek Kimia Farma di Menteng Huis, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu, 4 Maret 2020. Saat ini, kata Erick, salah satu BUMN yang memproduksi dan mengekspor masker adalah PT Rajawali Nusindo, anak usaha dari Rajawali Nusantara Indonesia.
Dua hari lalu, Senin, 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah mengumumkan kasus virus corona pertama di Indonesia. Kasus ini menimpa dua orang yang tinggal di Depok, Jawa Barat. Kini, keduanya dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta Utara.
Bersamaan dengan pengumuman ini, masker mulai susah ditemui di toko-toko ritel. Memang, masker masih dijual di beberapa pasar besar seperti Pasar Pramuka dan Pasar Glodok. Tapi, harga masker per dus yang biasanya di bawah Rp 100 ribu, naik sampai Rp 850 ribu.
Di hari yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan solusi atas kelangkaan dan naiknya harga masker saat ini adalah mengurangi ekspor. Tak hanya itu, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengaku sudah meminta produsen masker dalam negeri menaikkan kapasitas produksi mereka.
Masalahnya, kata Erick Thohir, sebagian bahan baku masker diimpor dari Cina. Pasokannya tengah terganggu akibat penyebaran virus corona di negara tersebut. Untuk itu, Erick menyebut sudah ada alternatif bahan baku dari Eropa.
Erick Thohir pun mengakui harga masker akan lebih mahal jika bahan bakunya berasal dari Eropa. Harganya akan lebih mahal dari harga masker di Apotek Kimia Farma yang saat ini dijual seharga Rp 2000 per satuan. "Ini karena didatangkan dari Eropa, bahannya berbeda, jadi saya tidak ingin nantinya disebut, Kimia Farma memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan," ujar Erick Thohir.