TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir telah menyiapkan alternatif impor bahan baku masker dari Eropa. Alternatif ini diambil karena sebagian dari bahan baku masker produksi Indonesia ternyata diimpor dari Cina. Pasokan dari Cina mulai terbatas akibat penyebaran virus corona (COVID-19) di negara itu.
"Stoknya sudah ada di Eropa," kata Erick Thohir saat meninjau penjualan masker di Apotek Kimia Farma di Menteng Huis, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu, 4 Maret 2020.
Beberapa hari yang lalu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah mengumumkan kasus virus corona pertama di Indonesia. Kasus ini menimpa dua orang yang tinggal di Depok, Jawa Barat. Kini, keduanya dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta Utara.
Bersamaan dengan pengumuman ini, masker mulai susah ditemui di toko-toko retail. Memang, masker masih dijual di beberapa pasar besar seperti Pasar Pramuka dan Pasar Glodok. Tapi, harga masker per dus yang biasanya di bawah Rp 100 ribu, naik sampai Rp 850 ribu.
Atas situasi ini, Kimia Farma pun mengeluarkan stok masker mereka dan menjualnya seharga Rp 2.000 per satuan di 1.300 apotek mereka di seluruh Indonesia. Namun, pembelian dibatasi 2 satuan per orang per hari.
Di apotek ini, Kimia Farma menyiapkan 215 satuan masker. Selain itu, Kimia Farma tengah menunggu pesanan 7,2 juta masker lagi, termasuk masker yang berbahan baku dari Eropa ini.
Meski demikian, kata Erick Thohir, bahan baku masker dari Eropa nanti akan berbeda dengan bahan dari Cina. Harga pun dipastikan akan lebih mahal dari harga saat ini yang sebesar Rp 2.000.
Jadi, jika nanti harga masker lebih mahal dari Rp 2.000, Erick meminta masyarakat tidak menganggap Kimia Farma mengambil kesempatan dalam kesempitan. "Ini karena bahannya berbeda," kata dia.