TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mencatat kinerja impor Indonesia ke Cina turun hingga 29 Februari 2020. Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Syarif Hidayat mengatakan penurunan terjadinya akibat wabah virus corona atau Covid-19.
Penurunan aktivitas itu, kata dia, tercatat dari volume nilai barang secara Free on Board atau FoB. "Kami melihat terjadi penurunan pada akhir Desember, karena libur akhir tahun. Lalu turun lagi penurunan pada saat imlek. Seharusnya dua minggu setelah imlek itu terjadi rebound biasanya naik. Kenyataannya sampai hari ini masih terjadi penurunan," kata Syarif di Gedung Djuanda Kementerian Keuangan Jakarta, Selasa, 3 Maret 2020.
Syarif mengatakan pada Desember 2019 atau sebelum merebaknya wabah Covid-19, nilai untuk impor China masih mencapai US$ 1,09 miliar. Namun hingga 29 Februari 2020 hanya tinggal US$ 463 juta.
"Kami bisa melihat bahwa dampak dari Corona sudah kelihatan dengan terjadinya penurunan impor yang berasal dari Cina. Sementara di sisi lain ekspor juga terjadi penurunan juga. Tapi penurunan impor ini lebih tinggi dari penurunan ekspor," kata dia.
Sedangkan impor yang berasal dari negara-negara utama impor seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Thailand dan Singapura, juga menurun. Pada Desember 2019 sebesar US$ 1,2 miliar, turun jadi US$ 1,17 miliar pada Februari 2020.
Adapun berdasarkan jenis barangnya, komoditas utama yang mengalami penurunan, yaitu komputer, mesin, semi-manufaktur, tekstil, dan telepon.
Sementara itu, untuk ekspor belum berubah siginfikan. Ekspor ke Cina, kata dia, hingga 29 Februari 2020 tercatat senilai US$ 506 juta dolar. Nilai itu, menunjukkan kenaikan dibandingkan Desember 2019 sebesar US$ 459 juta.