TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna Setia mengatakan sebanyak 24 emiten masih mencatatkan sahamnya di pipeline initial public offering atau IPO. Gede menyatakan, hingga saat ini, emiten-emiten tersebut belum merevisi aksi korporasi pasca-indeks harga saham gabungan melemah karena mewabahnya virus corona.
"Posisi masih tetap 24 perusahaan yang submit dokumen terkait rencana untuk IPO. Kami belum menerima informasi penundaan," ujarnya di BEI, Jakarta Pusat, Senin, 2 Maret 2020.
Di sisi lain, Gede mengimbuhkan ada 13 perusahaan yang akan menerbitkan obligasi. Sama halnya dengan rencana penawaran saham umum perdana, posisi perusahaan yang akan menerbitkan obligasi masih sesuai dengan jadwal semula.
BEI sebelumnya mencatat indeks harga saham atau IHSG terus melorot hingga -13,44 persen atau menjadi 5.452,704 sejak perdagangan awal tahun hingga penutupan pada Februari 2020. Anjloknya IHSG salah satunya karena terpengaruh virus corona.
Berdasarkan catatan BEI, penurunan perdagangan pada periode yang sama juga diikuti oleh negara-negara lain. Selain Indonesia, beberapa negara besar yang mengalami penurunan IHSG dengan angka minus yang cukup dalam ialah Thailand yang mencapai -15,03 persen, Filipina -13,15 persen, dan Vietnam -8,2 persen. Selanjutnya, Malaysia -6,68 persen dan Singapura -6,57 persen.
Penurunan IHSG di dua pekan terakhir Februari tercatat menjadi penyumbang penurunan indeks pada bursa utama dunia dan ASEAN. Pada dua pekan terakhir bulan lalu, IHSG Indonesia turun -7,3 persen.
Adapun pada perdagangan Senin, 2 Maret 2020 sesi I, IHSG belum beranjak membaik. IHSG pagi ini turun 1,02 persen atau 55,39 poin menjadi 5.397,31.