TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat saat ini hanya bersifat sementara. Ia menilai, rupiah melemah karena dipengaruhi sentimen kekhawatiran pelaku pasar keuangan terhadap virus Corona atau Covid-19.
"Kami yakin pelemahan rupiah temporary karena memang kenaikan premi risiko di global, bukan karena fundamennya. Karena investor seluruh dunia mengalami risk out sehingga mereka lepas dulu dan setelahnya mereka beli lagi," kata Perry di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin, 2 Maret 2020.
Menurut dia, para investor khawatir investor terhadap virus Corona. Hal itu, kata dia, terlihat dari meningkatnya premi risiko di pasar keuangan.
Berdasarkan Chicago Board Options Exchange (CBOE), kata dia, volatilitas di pasar keuangan saat ini mencapai 40 poin. Padahal, sebelum adanya wabah virus corona hanya mencapai 20 poin.
"Sehingga premi risiko meningkat. Juga credit default swap atau CDS Rate Indonesja untuk global bond dari 60 sekarang 97. Sehingga ketidakpastian pasar keuangan global, membawa premi risiko pasar kuangan global tinggi," ujar Perry.
Karena itu, menurut Gubernur BI, para investor yang masuk di pasar keuangan Indonesia, saat ini cenderung menarik dananya untuk menempatkan di aset-aset yang dianggap aman, seperti emas.