TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto meyakini kenaikan harga masker yang saat ini terjadi hanya bersifat sementara. Menurut dia, harga masker meroket karena tingginya permintaan akibat terkonfirmasinya virus corona (COVID-19) di Indonesia.
“Ini kan sifatnya sementara dan itu karena kejadian virus ini jadi demandnya meningkat,” kata Agus saat ditemui di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin, 2 Maret 2020.
Beberapa jam sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah mengumumkan kasus virus corona pertama di Indonesia. Kasus ini menimpa dua orang yang tinggal di Depok, Jawa Barat. Kini, keduanya dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta Utara.
Bersamaan dengan pengumuman ini, harga masker di pasaran langsung meroket tajam. Di Pasar Glodok, Jakarta, harga masker jenis Nexcare isi 50 tembus Rp 850 ribu per kotak. Lalu, Sensi seharga Rp 450 ribu, dan Accurate Rp 400 ribu.
Meski harganya tengah meroket, Agus menyebut pihaknya telah mengecek persediaan masker di produsen dan eceran. Ternyata, kata dia, stok masker sebenarnya masih aman. Namun demikian, permintaan yang tinggi yang kemudian membuat harganya naik.
Sehingga, untuk langkah antisipasi, Agus mengaku telah meminta produsen masker untuk meningkatkan produksi. “Memang, mereka sedang proses memproduksi lebih banyak dari sebelumnya,” kata dia.
Agus yakin, dengan kenaikan produksi ini, harga masker akan otomatis turun. Tapi untuk saat ini, Mendag belum berencana untuk menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) terhadap masker. Alasannya kembali lagi, karena kenaikan harga masker ini diyakini hanya sementara.