TEMPO.CO, Jakarta - Biro Statistik Nasional Cina mencatat kinerja manufaktur di negara tirai bambu itu terkontraksi tajam pada Februari 2020. Hal ini ditunjukkan dengan indeks acuan menyentuh rekor terendah dalam sejarah.
Penurunan tajam ini semakin menguatkan spekulasi bahwa penyebaran wabah Virus Corona atau (Covid-19) telah memukul perekonomian dan meningkatkan risiko memburuknya pasar global. Dilansir dari Bloomberg, Sabtu, 29 Februari 2020, data yang dirilis Biro Statistik Nasional mencatat indeks manufaktur Cina jeblok menjadi 35,7 pada Februari 2020 dari 50 pada Januari tahun ini.
Wabah virus corona yang dimulai dari Cina sudah menyebar hingga ke sejumlah benua, dengan ancaman bakal menjadi pandemik. Akibatnya, kinerja saham Amerika Serikat turun ke level terlemahnya sejak Oktober 2008.
Cina yang saat ini menjadi eksportir terbesar di dunia menunjukkan kinerja manufaktur yang lemah karena ratusan pekerja terpaksa menjalani karantina akibat wabah virus ini. “Kebanyakan orang akan membandingkan dampak virus ini dengan SARS, tetapi saya pikir ini setara dengan efek yang ditimbulkan oleh krisis finansial pada 2008. Dampak yang diakibatkan oleh virus Corona sangat besar dan situasi sangat buruk dalam jangka pendek,” kata Larry Hu, Kepala Ekonom Macquarie Securities Ltd.
Adapun melorotnya indeks manufaktur kebanyakan diakibatkan oleh kebijakan pengendalian virus yang dilakukan oleh pemerintah. Hal itu yang kemudian membuat sulit para pekerja untuk kembali bekerja setelah liburan panjang Tahun Baru Cina. Adapun konsensus ekonom Bloomberg menyebutkan perusahaan di Cina yang beroperasi saat ini hanya sekitar 60 persen-70 persen dari total kapasitas yang ada saat ini.
BISNIS