TEMPO.CO, Jakarta - Komisaris Garuda Indonesia, Yenny Wahid, mewanti-wanti direksi perseroan agar tidak lagi menerbitkan utang baru. Ia meminta, persoalan keuangan yang melilit perusahaan maskapai pelat merah itu diatasi dengan solusi selain utang.
Yenny Wahid meminta direksi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. agar lebih kreatif dalam mencari jalan keluar dari persoalan itu. Yenny mencontohkan dengan melakukan restrukturisasi utang, refinancing, atau renegosiasi utang. Di samping juga melakukan optimalisasi aset maupun atau melego aset yang tidak terpakai.
"Soal utang, yang terpenting komisaris itu memberikan guideline, batasan-batasan, kalau mau melakukan, tentu harus memastikan, cashflow pasti akan terhambat kalu semua untuk bayar utang, jadi harus ada sumber pendanaan baru untuk membayar utang, tanpa harus menerbitkan utang baru," ujar Yenny di Kantor Garuda Indonesia, Jakarta, Kamis, 27 Februari 2020.
Yenny mendorong perseroan untuk melakukan upaya-upaya korporasi agar tidak terjadi gagal bayar. Hingga saat ini, ia mengatakan dewan komisaris belum mendapat laporan mengenai rencana aksi korporasi dari direksi, sehingga dia belum bisa berbicara lebih banyak mengenai alternatif yang bakal dilakukan. "Nanti kami lihat, apakah kami setujui atau tidak."
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mengatakan saat ini PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tengah berada dalam tekanan yang luar biasa. Tekanan itu salah satunya datang dari utang perseroan yang mulai memasuki masa jatuh tempo.