TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan pemerintah untuk menggelontorkan anggaran Rp 10,3 triliun sebagai stimulus menghadapi dampak ekonomi virus corona ternyata tidak langsung berdampak. Sehari setelah diluncurkan, insentif tersebut belum berhasil mengerek laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Pada perdagangan Rabu 26 Februari 2020 pukul 9:36 WIB, IHSG terkoreksi 0,8 persen atau 46,58 poin menjadi 5.740,55. Ini menjadi level terendah sejak 24 Oktober 2018 di posisi 5.709,42, atau 15 bulan terakhir.
Pemerintah mengakui bahwa dampak dari virus corona atau Covid-19 akan memukul perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah mengalokasikan anggaran senilai Rp 10,3 triliun untuk merealisasikan paket kebijakan guna meminimalkan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
“Terutama mengantisipasi terkait dengan industri pariwisata dan turunnya turis akibat corona dan juga terkait dengan bagaimana membuat stimulus agar daya beli masyarakat bisa bertahan,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto usai rapat terbatas soal dampak Covid-19 terhadap ekonomi Indonesia di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa kemarin.
Merespons lambatnya reaksi pasar atas paket stimulus ini, analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan pemerintah sebaiknya memberikan insentif yang dapat menggenjot pertumbuhan konsumsi dan sejumlah sektor yang memiliki potensi besar. Ia mencontohkan industri manufaktur dan pariwisata perlu menjadi perhatian pemerintah untuk mendapatkan insentif. “Sektor-sektor ini nantinya akan membantu kemampuan pemerintah dalam berekspansi,” ujarnya saat dihubungi, Selasa kemarin.
Analis FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo mengatakan, peluang rebound dalam beberapa hari ke depan sebenarnya cukup terbuka. Namun, saat ini faktor pendorong kinerja IHSG dinilai masih minim. Ia berharap pemerintah mengeluarkan sejumlah stimulus yang dapat kembali menggairahkan pasar. Adapun sentimen positif yang ada saat ini belum cukup kuat mendorong kenaikan IHSG. Pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia tidak akan langsung diikuti oleh bank lainnya karena membutuhkan periode penyesuaian.