Tempo.Co, Jakarta - Angka kerugian yang ditanggung oleh sektor pariwisata akibat wabah virus corona tembus hingga US$ 500 juta atau hampir Rp 7 triliun per bulan. Angka kerugian ini disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan.
“Berdasarkan data dari Bank Indonesia,” kata Luhut dalam acara coffee morning di Kemenko Kemaritiman, Jakarta Pusat, Selasa, 24 Februari 2020.
Penyebaran wabah virus corona terus meluas ke sejumlah negara. Akibatnya, sejak 5 Februari 2020, Indonesia pun menutup penerbangan Indonesia - Cina, maupun sebaliknya. Tujuannya untuk mencegah penyebaran virus corona ke tanah air.
Menteri Pariwisata Wishnutama Kusubandio juga mengeluarkan prediksi kerugian yang memukul industri pariwisata. Angkanya mencapai US$ 4 miliar atau Rp 54,8 triliun. Namun angka ini hanya merujuk pada potensi 2 juta turis Cina setiap tahun yang berkunjung ke Indonesia, bukan bulan per bulan.
Atas kondisi ini, Presiden Joko Widodo atau Jokowi siang ini akan memimpin sidang kabinet membahas upaya stimulus ekonomi di tengah virus corona. Salah satunya yaitu insentif bagi maskapai penerbangan. Tapi Luhut belum bersedia menjelaskan detail bentuk insentif yang diberikan.
Tapi kemarin malam, menteri-menteri ekonomi telah menggelar rapat bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Dalam rapat itu, diputuskan ada tiga insentif mulai dari insentif APBN. insentif dari pengelola bandara, hingga insentif harga avtur.
“Ketiganya akan di-bundling,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin, 24 Februari 2020. Insentif akan diberikan selama tiga bulan, dengan harapan harga tiket pesawat ke 10 destinasi wisata di dalam negeri, turun hingga 40 persen.