TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk. memutuskan untuk membagikan dividen sebesar 25 persen dari laba bersih 2019. Sisanya, sebesar 75 persen dimanfaatkan sebagai saldo laba ditahan.
Dari alokasi tersebut, maka dividen yang dibagikan BNI senilai Rp 3,85 triliun dari total laba yang sebesar Rp15,38 triliun. Khusus dividen bagian pemerintah atas kepemilikan 60 persen saham akan disetorkan ke rekening kas negara. Sementara, laba bersih yang akan digunakan sebagai saldo laba ditahan adalah senilai Rp11,54 triliun
"Dividen kami usulkan 25 persen karena kami butuh ruang untuk tumbuh, jadi 75 persen laba ditahan. Lalu PSAK 71 kisarannya Rp13 triliun hingga Rp16 triliun, dampaknya 2 persen dari CAR," kata Wakil Direktur Utama BNI Anggoro Eko Cahyo, Kamis 20 Februari 2020.
Kamis kemarin, BNI menggelar rapat umum pemegang saham (RUPST). Selain menyetujui penggunaan laba bersih, RUPST bank BUMN ini juga menyetujui perombakan dewan komisaris dan direksi.
Anggoro mengatakan ke depan manajemen perseroan akan tetap melanjutkan program kerja yang telah disusun dalam rencana bisnis bank (RBB) 2020 dan mengejar ketertinggalan dengan memperkuat penetrasi pasar.
"Pergantian adalah hal yang biasa, paling penting poinnya adalah tim baru akan terus melanjutkan RBB 2020, dengan eksekusi yang lebih baik," tutur Anggoro.
Adapun, sepanjang tahun lalu emiten dengan kode saham BBNI ini membukukan laba bersih senilai Rp 15,38 triliun. Capaian tersebut tumbuh 2,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Perseroan mencatat pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar Rp 36,6 triliun atau tumbuh 3,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan penyaluran kredit BNI yang tercatat tumbuh 8,6 persen pada 2019 menjadi Rp512,78 triliun.