TEMPO.CO, Jakarta - Pengaruh epidemi virus Corona di Tiongkok telah mendongkrak harga emas naik ke level tertinggi dalam dua pekan. Saat ini, harga emas dunia mencapai 1.605,15 dolar AS per ons.
"Kondisi itu dipicu oleh permintaan untuk aset yang aman (safe haven) setelah adanya peringatan pendapatan dari raksasa teknologi AS produsen iPhone, Apple Inc.," kata Branch Manager PT Solid Gold Berjangka Cabang Makassar, Kezia Pingkan D Massie di Makassar, Rabu 19 Februari 2020.
Dia mengatakan, berdasarkan Gold Market, yang patut digarisbawahi adalah kejatuhan di sektor keuangan akibat epidemi virus corona di Tiongkok yang telah mendorong Apple memangkas target pendapatannya. Apple Inc. memperkirakan pendapatannya di kuartal II Tahun fiskal 2020 akan lebih rendah dari prediksi sebelumnya akibat wabah Covid-19.
Kondisi itu menyebabkan gangguan suplai serta penurunan penjualan di Cina. Hal ini menjadi salah satu bukti dampak buruk yang ditimbulkan oleh virus corona tersebut.
Investor saat ini khawatir terhadap dampak ekonomi dari virus corona tersebut, sehingga membuat sentimen di pasar saat ini berkurang terhadap aset-aset yang berisiko. Emas yang menyandang status "safe haven" pun kembali dilirik. "Banyak investor yang beralih ke emas berjangka, sambil menunggu penanganan Corona betul-betul sudah dinyatakan aman oleh WHO," kata Pingkan.
Selain itu, kecemasan akan resesi di beberapa negara juga menjadi penopang kenaikan harga emas. Akibatnya, wabah virus Corona diprediksi membuat pertumbuhan ekonomi Cina melambat. Negara-negara di luar Cina seperti Indonesia, Singapura, Jerman, dan Jepang pun ikut terancam mengalami resesi, karena ketiganya memiliki hubungan yang erat dengan Cina.
ANTARA