TEMPO.CO, Jakarta - Bos Lion Air Group, Rusdi Kirana, meminta PT Pertamina (Persero) merealisasikan wacana kebijakan avtur satu harga. Menurut dia, kebijakan itu dapat meringankan beban harga pokok penerbangan ke rute Indonesia timur yang selama ini dinilai terlalu tinggi.
"Kami harapkan harga avtur di Indonesia timur dan barat, khususnya Jawa, sama. Kami tidak meminta harga avtur di Jawa turun. Tapi paling tidak harga yang di timur sama dengan di Jawa," ujar Rusdi saat ditemui di kantor Kementerian Perhubungan, Senin petang, 17 Februari 2020.
Rusdi menilai, saat ini terdapat disparitas harga avtur yang cukup tinggi antara Indonesia bagian barat dan timur. Menurut dia, harga rata-rata avtur di Indonesia bagian barat berkisar Rp 9.000 per liter. Sedangkan harga avtur di Indonesia timur sekitar Rp 12 ribu per liter alias berselisih Rp 4.000 per liter.
Kesenjangan harga avtur membuat harga pokok produksi untuk penerbangan rute timur membengkak. Rusdi mengklaim pengeluaran untuk avtur dalam komponen harga pokok produksi atau HPP menempati porsi lebih dari 40 persen.
Seumpama Pertamina dapat mendorong kebijakan avtur satu harga, Rusdi yakin harga tiket perjalanan rute Papua, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan sekitarnya akan melorot. Dengan demikian, utilisasi penerbangan pun bakal meningkat karena frekuensi penumpang makin tinggi.
"Ada istilah, trade follow the train (perdagangan mengikuti jalur kereta)," tutur Rusdi.
Pemerintah bersama Pertamina sebelumnya memastikan akan mengkaji kebijakan avtur satu harga. "Indonesia (bagian) timur-barat infrastrukturnya berbeda," kata Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto pada akhir Desember 2019.
Kajian penyeragaman harga bahan bakar pesawat itu, menurut Airlangga, dilakukan untuk merespons usulan dari Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA). Selain itu, kebijakan ini digadang-gadang dapat menurunkan harga tiket pesawat yang sempat melambung.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA