TEMPO.CO, Jakarta - Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok bercerita soal penunjukan dirinya sebagai Komisaris Utama PT Pertamina (Persero). Cerita itu disampaikan Ahok dalam acara peluncuran buku terbarunya berjudul “Panggil Saya BTP” di Gedung Tempo, Palmerah, Jakarta Selatan, Senin, 17 Februari 2020.
Cerita bermula saat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memanggil Ahok ke kantornya pada 13 November 2020. Saat itu, Ahok bertanya kepada Erick, “ini buat Umega atau pengen bersihin Pertamina?”
“Umega itu usaha menambah gaji,” kata Ahok, sembari tertawa kecil.
Lalu, Erick pun mengatakan kepada Ahok bahwa pemerintah ingin “membersihkan” Pertamina. Dari informasi yang Ia terima dari Erick, Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menyebut bahwa saat ini defisit anggaran masih tinggi.
Selain itu, kata Ahok, Pertamina harusnya bisa mendulang keuntungan dua kali lipat dari capaian saat ini. Sebab, perusahaan minyak di negeri tetangga saja, Petronas, sudah untung 500 kali lipat dari Pertamina.
Ahok mengakui, ada masalah saat ini pada sistem di Pertamina. Menurut dia, sistem itu membuat orang baik yang ada di Pertamina pun memilih untuk mundur karena tidak mau berurusan dan ribut dengan orang lain. “Atau ikut tergoda, ikut main,” kata Ahok.
Sebaliknya, Ahok menyebut dirinya akan menabrak sesuatu yang tidak benar di Pertamina. “Gak mungkin mundur juga, gak ada takut lalu mundur,” ujar Ahok, disambut tepuk tangan peserta acara.
Inilah, menurut Ahok, yang menjadi alasan pemerintah menunjuk dirinya sebagai komisaris. 25 November 2019, Ahok pun menerima Surat Keputusan (SK) menjadi komisaris Pertamina. Kepada Erick, Ahok pun mengatakan, “saya bilang saya lebih suka jadi komisaris utama, asal dirut-nya nurut,” ujar Ahok.