TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan dampak virus Corona di Cina saat ini mulai berdampak pada perdagangan pertanian Indonesia. Dia mencontohkan pada jenis bawang putih yang harganya naik.
"Ini menurut saya adalah panic buying, ada kepanikan publik, distributornya mengurangi jatahnya ke pasar, karena dia takut karena corona tidak ada lagi impor masuk," kata Syahrul saat rapat kerja dengan komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, Senin, 17 Februari 2020.
Kedua, kata dia, pabrik juga melakukan hal yang sama, yaitu takut kehilangan bawang putih. Sehingga, menurutnya, pabrik membeli lebih cepat.
Padahal, kata Syahrul, dalam catatan Kementerian Pertanian saat ini masih ada pasokan bawang putih sebanyak 120 ribu ton.
"Juga masih ada di tangan importir yang ada," ujarnya.
Selain itu, kata Syahrul, stok juga masih akan ada tambahan, karena pada Maret sampai dengan April terjadi panen sekitar 30 ribu ton.
"Penggunaan per bulan 47 ribu lebih, karena desakan yang ada, karena ada kepanikan kami keluarkan, mudah-mudahan semua lancar," kata dia
Pada kesempatan yang berbeda, Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengatakan efek virus Corona terhadap neraca perdagangan Indonesia belum bisa terlihat signifikan pada Januari 2020. Menurut dia, dampak virus itu terhadap ekspor dan impor baru bisa terlihat pada laporan Februari 2020.
"Dampak dilihat sesudah Imlek. Harusnya sudah tercermin satu Minggu ini. Karena yang kami sajikan sekarang sebulan terakhir," ujarnya di Kantornya, Jakarta, Senin, 17 Februari 2020.
Dia menuturkan organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization baru mengeluarkan darurat Corona pada akhir Januari. Karena itu, perdagangan Indoneisa pada keseluruhan Januari belum terlalu berdampak.