TEMPO.CO, Jakarta - Setelah laba bersihnya anjlok lebih dari 90 persen di tahun 2029, tahun ini direksi PT Bank Tabungan Negara Tbk. bertekad untuk mengejar target laba yang dipatok Rp 3 triliun. Untuk itu, BTN telah menyiapkan berbagai strategi.
Direktur Utama Bank BTN Pahala N. Mansury mengatakan, selain menyiapkan strategi, perseroan juga masih memiliki pondasi bisnis yang kuat. Hal ini tercermin dari rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 17,32 persen dan rasio kecukupan likuiditas (liquidity coverage ratio/LCR) yang tercatat sebesar 136,31 persen.
“Kami optimistis target laba Rp 3 triliun pada tahun ini akan tercapai karena didukung pondasi bisnis yang kuat dan lebih hati-hati serta potensi bisnis yang masih besar,” ujar Pahala dalam Media Briefing & Lunch di Kantor Cabang Bank BTN Cawang di Jakarta, Senin 17 Februari 2020.
Pahala menjelaskan berbagai strategi yang menjadi fokus emiten berkode BBTN ini yakni peningkatan produktivitas. Perseroan akan memaksimalkan berbagai platform termasuk terkait proses kredit dan infrastruktur data. Strategi lainnya, yaitu mengembangkan model bisnis baru untuk dana ritel dan wholesale funding. Bank BTN juga akan terus meningkatkan digitalisasi dan otomatisasi pada tahun ini. “Kami akan memaksimalkan kemitraan untuk membangun ekosistem di sektor properti dan perumahan,” kata Pahala.
Menurut Mantan Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) ini, bisnis global di 2020 masih dibayangi kondisi perlambatan ekonomi. Namun, Bank BTN memiliki peluang bisnis yang terbuka lebar seperti tren urbanisasi, peningkatan kelas menengah, pengembangan infrastruktur, hingga pemindahan ibu kota negara.
Selain itu, potensi perumahan di tipe rumah berkisar Rp150 juta-Rp 300 juta masih jauh dari titik jenuh. Kondisi tersebut, nilai Pahala, pun menjadi tanah subur yang siap digarap. Era digital disruption yang kian menguat juga menjadi bisnis menarik bagi perseroan terutama dalam mengembangkan lini digitalnya.
Dengan varian strategi dan peluang itu, pada tahun kabisat ini, Pahala optimistis, BBTN mampu mencatatkan pertumbuhan kredit di level 10 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Seperti diberitakan, sepanjang 2019 BTN mencatatkan laba bersih senilai Rp 209,26 miliar. Nilai ini merosot 92,55 persen dibandingkan dengan raihan 2018 yang senilai Rp 2,81 triliun. Sebelumnya, Pahala menyebutkan raihan laba bersih sepanjang 2019 tertekan karena beban biaya pencadangan yang tinggi.
BISNIS