TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengatakan efek virus Corona terhadap neraca perdagangan Indonesia belum bisa terlihat signifikan pada Januari 2020. Menurut dia, dampak virus itu terhadap ekspor dan impor baru bisa terlihat pada laporan Februari 2020.
"Dampak dilihat sesudah Imlek. Harusnya sudah tercermin satu Minggu ini. Karena yang kami sajikan sekarang sebulan terakhir," ujarnya di Kantornya, Jakarta, Senin, 17 Februari 2020.
Dia menuturkan organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization baru mengeluarkan darurat Corona pada akhir Januari. Karena itu, perdagangan Indoneisa pada keseluruhan Januari belum terlalu berdampak.
"Saya harus tekankan bahwa ekspor dan impor pada Januari kalo kami lihat dari awal bulan. Karena tidak menyajikan mingguan. Karena itu belum terlihat di Januari. Efeknya baru kita lihat pada bulan Februari. Tapi tentu kita harus waspada," ujarnya.
Suhariyanto juga memaparkan kronologis dari penyebaran virus Corona. Pada tanggal 31 Desember dilaporkan ada virus Corona dari Wuhan dan baru diidentifikasi pada 3 hingga Januari 2020.
Pada tanggal 20 Januari beberapa negara mulai melakukan pengecekan suhu badan khususnya di bandara-bandara. Sehari berselang, virus Corona menyebabkan korban meninggal dunia. Selanjutnnya, pada 31 Januari 2020, WHO menetapkan darurat virus Corona.
Adapun BPS mencatat posisi neraca perdagangan pada Januari 2020 mengalami defisit sebesar US$ 864 juta atau US$ 0,86 miliar.
"Pemerintah sudah membuat berbagai kebijakan dan tentu kita harapkan, misalnya implementasi B30, bisa begulir dengan mulus, sehingga neraca perdagangan membalik menjadi surplus," kata dia.
HENDARTYO HANGGI