TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Cina memastikan bakal segera meluncurkan stimulus yang lebih efektif untuk menyelamatkan perekonomian nasional setelah dihantam wabah virus corona. Meski demikian, paket kebijakan ekonomi ini juga dikhawatirkan bakal memperlebar defisit fiskal.
Namun, Menteri Keuangan Cina Liu Kun menyatakan stimulus tersebut harus dilakukan karena dampak virus corona (Covid-19) telah menekan pertumbuhan ekonomi ke titik terendah. Pada saat bersamaan, jumlah kasus penularan dan korban meninggal akibat virus ini terus bertambah.
Liu mengatakan, pemerintah Cina berkomitmen terus menyempurnakan kebijakan stimulus tahun ini. Caranya, dengan memangkas pajak perusahaan dan memotong pengeluaran pemerintah yang tidak diperlukan.
“Ketika penghimpunan pajak dan biaya mungkin akan meningkatkan tantangan jangka pendek, Cina harus mengimplementasikan program jangka panjang dan membuat langkah cepat untuk menerapkan pemotongan pajak dan biaya,” jelas Liu, seperti dikutip dari Bloomberg, Ahad 16 Februari 2020.
Seperti diketahui, wabah virus corona dan meluasnya lokasi penyebaran virus telah menekan pertumbuhan ekonomi Cina serta negara-negara lainnya. Pada saat yang sama, Sekretaris Finansial Hong Kong Paul Chan mengemukakan Hong Kong bakal mengalami defisit fiskal pada tahun mendatang.
Pemerintah Cina sebenarnya telah menghadapi tren perlambatan pendapatan, bahkan sebelum wabah virus menghantam negeri itu. Hal ini membuat hampir semua pengusaha menutup usahanya. Berdasarkan analisis anggaran yang dianalisis Blomberg, mayoritas pemerintah lokal memproyeksikan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dibandingkan rata-rata tahunan pada 2019.
BISNIS