TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian crude price (ICP) per Januari 2020 sempat turun sebesar US$ 1,8 per barel menjadi US$ 65,38 per barel. Penurunan harga minyak ini terjadi karena permintaan dari Cina melorot sebagai dampak mewabahnya virus 2019-nCoV atau virus corona.
"Penyebaran virus corona berdampak pada permintaan minyak mentah Cina yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar, menyebabkan penurunan harga minyak mentah di pasar internasional 2020," tulis Tim Harga Minyak Indonesia dalam laman resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM, pada awal pekan.
Tim Harga Minyak Indonesia menyatakan, kondisi penurunan IPC diikuti oleh anjloknya harga Sumatera Light Crude atau SLC yang mencapai US$ 65,77 per barel. Harga tersebut turun US$ 1,84 per barel dibandingkan dengan harga yang berlaku pada Desember 2019.
Penurunan harga minyak didorong langsung oleh dampak virus corona. Misalnya adanya penurunan permintaan bahan bakar pesawat jet karena dibatalkannya sejumlah penerbangan.
Selain karena virus corona, penurunan harga minyak mentah dunia terjadi sebagai buntut kesepakatan dagang Amerika Serikat dan Cina tahap I yang justru tidak mendongkrak permintaan minyak mentah. Dalam kesepakatan dagang itu, pemerintah Amerika mengenakan tarif atas barang-barang produksi Cina hingga tercapai kesepakatan tahap kedua.
Selanjutnya, faktor lain yang mendorong lesunya harga minyak mentah adalah sentimen pasar yang memandang tidak ada ancaman pasokan seiring dengan melemahnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. "Serta terus meningkatnya pasokan minyak mentah global dari Shale Oil AS dengan produksi 13 juta barel per hari," tulis tim.
Selain IPC, berikut ini kondisi harga minyak mentah dunia berdasarkan berbagai referensi harga per Januari 2020.
- Dated Brent turun US$ 3,52 per barel menjadi US$ 63,5 per barel
- WTI (Nymex) turun US$ 2,27 per barel menjadi US$ 57,53 per barel
- Basket OPEC turun US$ 1,08 per barel menjadi US$ 65,4 per barel
- Brent (ICE) turun US$ 1,5 per barel menjadi US$ 63,67 per barel