TEMPO.CO, Jakarta - Pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi karyawan perusahaan rintisan atau startup masih berlanjut baik di dalam maupun luar Indonesia. Awal tahun ini, OYO, start-up properti asal India memutus hubungan kerja terhadap ribuan karyawannya di India. Langkah serupa juga ditempuh Bukalapak, startup jual beli online, di Indonesia pada tahun lalu. Yang teranyar, Reddoorz, jaringan penginapan secara online, juga dikabarkan merumahkan ratusan karyawannya per 11 Februari lalu.
Direktur Eksekutif Indonesia Information and Communication Technology Institute Heru Sutadi mengatakan ada beberapa hal yang membuat perusahaan memutus kerja karyawannya. Salah satunya adalah penyesuaian sumber daya manusia dengan kebutuhan organisasi atau perusahaan saat ini atau pun masa mendatang.
"Jadi kalau sebelumnya dibutuhkan, karena perubahan bisnis atau bidang yang sebelumnya ada tidak dibutuhkan, maka akan dilakukan rasionalisasi," tutur Heru kepada Tempo, Kamis 13 Februari 2020
Hal lainnya, Heru mengatakan biasanya perusahaan akan melihat rasio efisiensi antara --misalnya, jumlah pelanggan dengan jumlah karyawannya. Biasanya, kata Heru, akan ada perbandingan antara perusahaannya dengan industri atau perusahaan sejenis. Di satu sisi, Heru menilai tenaga kerja merupakan aset agar perusahaan akan maju pesat.
Namun, Heru mengatakan tak jarang biaya tenaga kerja bisa jadi beban keuangan jika perusahaan performanya menurun karena pengeluaran yang besar sementara pendapatan turun misalnya. Dalam kondisi ini, Heru mengatakan efisiensi harus dilakukan. "Setidaknya ini menjadi solusi mengurangi beban apalagi startup yang masih banyak bakar duit," ujar Heru.
Berdasarkan pernyataan resmi yang diterima Tempo, Reddoorz membantah PHK terhadap karyawannya dilakukan untuk menekan biaya atau efisiensi. Menurut mereka, pemecatan sejumlah karyawan berdasarkan hasil dari peninjauan berkala atas penilaian kinerja yang perusahaan lakukan. Adapun pertimbangannya sepenuhnya karena kinerja karyawan tersebut. RedDoorz memutuskan untuk melakukan pemutusan hubungan terhadap kurang dari 50 posisi.
"RedDoorz akan memastikan proses transisi akan dilakukan semulus mungkin terhadap karyawan yang terkena imbas dan berharap yang terbaik akan perjalanan mereka selanjutnya," tulis pernyataan resmi Reddoorz.
Melansir Economic Times, setidaknya 2.400 karyawann Oyo Hotels and Homs di India dirumahkan awal tahun ini. Langkah itu dilakukan saat rantai perhotelan yang didukung SoftBank berupaya mengendalikan dan merampingkan biaya operasional. "Tujuannya untuk merampingkan karyawan setidaknya hingga 20 persen," ujar pimpinan perusahaan beberapa waktu lalu.