TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Kementerian Perhubungan, Adita Irawati mengatakan potensi kehilangan penumpang di rute Indonesia-Cina mencapai 2,7 juta penumpang. Situasi ini terjadi karena pemerintah resmi menutup rute penerbangan Indonesia-Cina sejak 5 Februari 2020 untuk mencegah penyebaran virus corona di Tanah Air.
“Biasanya mendatangkan devisa, akhirnya menjadi potential loss,” kata Adita saat ditemui usai konferensi pers perkembangan penanganan virus corona di di Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 12 Februari 2020.
Khusus untuk penumpang atau turis Cina ke Indonesia, jumlahnya mencapai separuh dari angka tersebut, yaitu sekitar 1,35 juta. Menurut Adita, situasi ini pun akan terjadi hingga Maret 2020, yang menjadi periode liburan dari musim dingin, menuju musim panas.
Sampai hari ini, jumlah warga Cina yang meninggal dunia akibat virus Corona sudah mencapai 1.000 orang lebih. Kemudian, jumlah suspek virus corona sebanyak 16 ribu orang dan yang sudah terinfeksi virus corona mencapai 44 ribu orang.
Dari data Kementerian Perhubungan, kata Adita, ada 26 penerbangan yang melayani rute penerbangan Indonesia-Cina. Maskapai yang melayani rute ini mulai dari Garuda Indonesia Group, Lion Air Group, Sriwijaya Air, hingga maskapai asing seperti China Southern Airlines dan China Eastern Airlines.
Dampak dari kehilangan penumpang ini pun kemudian tidak hanya dirasakan oleh maskapai penerbangan, tapi juga bandara. Kapasitas bandara menjadi berkurang. Untuk itu, kata Adita, Kemenhub telah berbicara dengan maskapai maupun pihak bandara untuk menerbitkan langkah antisipasi.
Salah satunya mendorong maskapai penerbangan nasional untuk menciptakan permintaan baru, menggantikan Cina. Kemenhub pun mendorong maskapai membuka atau menambah rute penerbangan dari negara lain, seperti India, Pakistan, Maladewa, Nepal, Turki, dan Australia.
FAJAR PEBRIANTO