TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di atap rumahnya.
"Saya mendukung pengurangan penggunaan bahan bakar fossil dan mengurangi pemanasan global dengan memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di atap rumah saya," kata Jonan dalam akun Instagramnya, Rabu, 12 Februari 2020.
Instalasi itu, kata dia, dapat melakukan impor-ekspor listrik dengan PLN sehingga bisa juga menghemat tagihan listrik.
Adapun dalam postingan itu Jonan menggunakan tagar #rooftopsolarpv #rooftopsolarsystem #pltsatap #climatechangeisreal #fossilfuelreduction #pemanasanglobal #ignasiusjonan dan mention @kesdm @djebtke @esdm_p3tek_kebtke @ppsdmkebtke @kementerianlhk @pln_id @jokowi @smindrawati @aniesbaswedan @khofifah.ip @kostergubernurbali @ganjar_pranowo @ridwankamil @greenpeace @greenpeaceid @kasgreenenergy @ignasius.jonan
Pada kesempatan yang berbeda, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform Fabby Tumiwa memperkirakan tren penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau PLTS Atap meningkat signifikan pada 2020. Hal ini terlihat dari peningkatan permintaan PLTS Atap, khususnya dari industri.
"Untuk 2020, tren yang positif itu untuk solar PV rooftop, picking up-nya mulai dari rumah tangga sampai industri," kata Fabby di Soehana Hall The Energy, Jakarta, Selasa, 17 Desember 2019.
Dari hitungannya, pembangunan PLTS Atap untuk rumah saja, lebih dari 655 Mega Watt (MW) pada 2020. Sedangkan jika digabung dengan bangunan industri atau komersial memiliki potensi penyerapan sebesar 12 hingga Giga Watt.
"Tahun depan, Fabby memperkirakan kapasitas untuk kawasan komersial dan industri itu bisa di atas 300 MW. "Karena beberapa industri besar sudah punya rencana memasang 5 MW, 7 MW, hingga 10 MW. Di Jawa Tengah, beberapa industri besar sudah mengatakan mau masang. Itu sinyal yang bagus," ujarnya.
Dia melihat tingginya permintaan tersebut, salah satunya karena karakteristik PLTS Atap tergolong mudah untuk diaplikasikan, dibandingkan dengan teknologi energi baru terbarukan (EBT) lainnya.
HENDARTYO HANGGI