TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 tertekan menjadi 4,9 persen. Penyebabnya, wabah virus corona di beberapa negara.
"Kemarin kan BPS merilis pertumbuhan 2019 kita 5,02 persen. Jika di 2020 ada beberapa kejadian termasuk corona ini, paling tidak bisa terkoreksi 0,1 persen sampai 4,9 persen," kata Faisal dalam Outlook Ekonomi dan Perdagangan 2020 di Gedung Kemendag, Jakarta, Selasa 11 Februari 2020.
Faisal mengatakan penyebaran virus corona ini paling besar di Provinsi Hubei, Cina. Padahal, kata dia, wilayah tersebut mencatat pertumbuhan ekonomi terbesar di Cina pada 2019: 7,3 persen. Angka itu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan secara nasional di Negeri Tirai Bambu yaitu 6 persen.
"Ini pasti sangat berdampak besar terhadap perekonomian Cina dan juga beberapa daerah yang lain," kata dia.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perlambatan ekonomi adalah menurunnya investasi dari luar negeri. Adapun Cina menjadi negara kedua dengan investasi asing terbesar di Indonesia setelah Jepang.
"FDI (foreign domestic investment) juga terganggu dan biaya penanggulangan untuk menghentikan wabah itu terutama di beberapa industri yang terdampak. Tiongkok sekarang secara GDP nomer 2 di dunia setelah amerika dan tingkat keterkaitan dengan negara lain lebih besar. Pengaruhnya terhadap ekonomi Tiongkok luar biasa," tutur Faisal.
EKO WAHYUDI