TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan properti PT Lippo Karawaci Tbk telah menyelesaikan penawaran obligasi tambahan senilai US$ 95 juta atas obligasi awal lima tahun senilai US$ 325 juta.
Obligasi tambahan tersebut akan menawarkan imbal hasil sebesar 7,80 persen, atau 32,5 bps lebih rendah dibanding obligasi yang diluncurkan di bulan Januari dan dana dari obligasi tambahan tersebut akan digunakan untuk melunasi seluruh sisa obligasi yang jatuh tempo pada 2022. Dengan demikian, Lippo Karawaci akan memiliki utang terbatas yang akan jatuh tempo selama lima tahun ke depan hingga 2025.
"Sebagaimana kami utarakan beberapa minggu lalu, kami sedang mempertimbangkan beberapa opsi pendanaan untuk membiayai kembali sisa obligasi yang jatuh tempo pada 2022 dan menghasilkan utang jatuh tempo yang terbatas sampai dengan 2025," ujar CEO Lippo Karawaci John Riady dalam keterangan tertulis, Selasa, 11 Februari 2020.
Baca Juga:
Saat ini, ia mengatakan perseroan sedang berada pada posisi tidak ada utang besar yang akan jatuh tempo hingga 2025 dan mereka bakal fokus kepada peluncuran produk perumahan penjualan persediaan serta peningkatan pra penjualan secara keseluruhan.
Adapun saat ini rasio utang bersih terhadap ekuitas sebesar 21 persen. Perseroan mengklaim Lippo Karawaci merupakan salah satu perseroan yang memiliki rasio utang terendah di antara perusahaan properti di Indonesia. Pembiayaan kembali obligasi yang jatuh tempo pada 2022 akan lebih meningkatkan profil utang LPKR.
John mengklaim penawaran ini mendapatkan respons positif di kalangan investor di mana penawaran obligasi tambahan tersebut mendapat kelebihan permintaan hampir dua kali lipat dengan nilai pemesanan sebesar US$ 183 juta. Penawaran obligasi yang terbaru ini didukung oleh joint global coordinators and bookrunners di antaranya Credit Suisse, BNP Paribas dan Deutche Bank serta joint bookrunners Citi, CIMB dan Mandiri.
CAESAR AKBAR