TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia atau Kadin, Rosan Perkasa Roeslani mengakui bahwa perekonomian Indonesia sangat sensitif terhadap kondisi ekonomi Cina. Hal itulah yang membuat ekonomi RI rawan tekanan di tengah wabah virus corona di Cina.
Menurut Rosan, jika Cina mengalami pertumbuhan 1 persen, maka ekonomi Indonesia bisa tumbuh 0,3 persen. Sebab, sekitar 15 persen perdagangan Indonesia dilakukan dengan Cina.
"Selanjutnya dengan AS 12 persen. Jadi efeknya ketika kedua negara itu turun diperkirkan akan alami hambatan buat kita," kata Rosan dalam Business Gathering dan Economy Outlook 2020 di Grand Ballroom Hotel Kempinski Jakarta, Jumat 7 Febuari 2020.
Karena itu, Kadin menilai, wabah virus corona ini perlu menjadi perhatian tersendiri. Sebab, virus tersebut dapat membuat ekonomi Cina anjlok satu sampai 1,5 persen pada tahun ini. Padahal, ekonomi Cina pada tahun ini diperkirakan masih bisa tumbuh di kisaran 6 persen. Namun, wabah Virus Corona mampu memangkas pertumbuhan ekonomi Cina tinggal 4,5 persen.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Hariyadi B. Sukamdani melihat dampak penyebaran virus corona sudah terasa kepada para pelaku usaha dalam negeri. Terutama sangat berdampak terhadap industri pariwisata dan perdagangan. "Tidak mudah terus terang, kemarin kami buat kondisi optimistis, setelah Imlek ada virus corona membuat kami kelimpungan," kata Hariyadi.
Keputusan pemerintah untuk menghentikan rute penerbangan dari dan ke Cina sementara juga telah membuat ribuan penerbangan batal. "Kegiatan ekspor - impor juga jadi terganggu, ekspor ikan hidup juga semua terganggu," ujarnya.