TEMPO.CO, Bandung - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti mengatakan, Bank Indonesia masih terus memantau perkembangan dampak virus corona terhadap perekonomian Indonesia. “Kalau kita lihat dampaknya, itu bisa masuk dari sektor keuangan dan sektor riil,” kata dia di Bandung, Jumat, 7 Februari 2020.
Destry mengatakan, pantauan Bank Indonesia hingga saat ini, dampak virus corona baru terasa di sektor keuangan. “Sektor keuangan, kita lihat kemarin sudah terkena. Dalam artian, setelah Cina pasar sahamnya jeblok, kita sempat juga kena, 1,9 persen kita turun. Currency kita juga sempat terganggu, bond-market kita sempat terganggu,” kata dia.
Namun, kendati sempat terimbas, dampak virus corona di sektor keuangan umumnya temporer. “Kalau di sektor keuangan itu biasanya temporary. Karena mereka akan melihat secara struktural, secara fundamental, ada yang berubah nggak dengan ekonomi,” kata Destry.
Pasar pun saat ini sudah menilai bahwa sektor keuangan Indonesia tidak terdampak terlalu dalam oleh wabah virus corona ini. “Kita sekarang masih dalam proses memantau bagaimana impact-nya. Sejauh ini kita melihat Indonesia tidak termasuk dalam negara yang ter-efek secara signifikan, sehingga pasar keuangan kita sudah mulai kembali normal,” kata Destry.
Destry menyebut, kini sejumlah indikator keuangan mulai mengalami perbaikan. “Rupiah sudah kembali ke level Rp 13.600, pasar saham sudah mulai kembali normal, termasuk juga obligasi. Tinggal sekarang kita lihat dampaknya ke sektor real,” katanya.
Destry mengatakan, ada sejumlah indikator yang bisa jadi rujukan untuk melihat dampak virus corona tersebut. “Di sektor riil, pertama kita lihat channel-nya. Pertama masuk di pariwisata, tentunya ini akan mengurangi turis-turis dari Tiongkok masuk ke luar, bukan hanya Indonesia. Kita kaji berapa banyak turis Tiongkok yang selama ini masuk ke Indonesia, bagaimana pola spending mereka,” kata dia.
Sektor riil selanjutnya adalah perdagangan. “Kita lihat bagaimana peran Tiongkok itu terhadap perdagangan Indonesia, baik ekspor mau pun impor,” kata Destry. Selanjutnya adalah investasi. “Kita musti pilah-pihal, berapa yang dari Tiongkok dan tidak,” kata dia.
Destry mengatakan, kajian indikator tersebut sedikitnya akan menunjukkan kedalaman pengaruh virus corona pada ekonomi Indonesia. Pemerintah sendiri sudah mengambil sejumlah langkah. Umumnya untuk menghalangi masuknya virus corona ke Indonesia, di antaranya dengan pembatasan mobilisasi orang dari Cina. Termasuk kemungkinan menyetop impor barang karena kekhawatiran masuknya virus tersebut. “Ini dilakukan negara-negara lain juga,” kata dia.
Namun, Destry optimistis, Indonesia relatif aman dari pengaruh situasi perekonomian Cina. “Bagusnya di Indonesia tidak ada negara yang sangat dominan, impor dan investasi kita tidak tergantung pada negara tertentu, kita bervariasi. Termasuk juga negara tujuan ekspor,” kata dia.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengakui, imbas virus corona belum terlihat berdampak langsung pada perekonomian di Jawa Barat. “Saya kira kalau pembacaan secara awam, terdampaknya masih banyak di negara asalnya ketimbang di kita. Memang ada kebijakan menyetop rute penerbangan, transportasi barang, tapi saya belum tahu,” kata dia, pada kesempatan yang sama.
AHMAD FIKRI