TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada hari ini mendatangi rumah duka Johannes Baptista Sumarlin atau JB Sumarlin di MRCC Siloam Semanggi. Sri Mulyani mengaku mengenal JB Sumarlin sejak mulai menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia.
"Beliau mengajar di Universitas Indonesia dan beliau nampak sekali punya komitmen dan kecintaan pada almamaternya,” kata Sri Mulyani di MRCC Siloam Semanggi, Jakarta, Jumat, 7 Februari 2020.
Sri Mulyani datang mengenakan pakaian batik dengan didampingi oleh sejumlah pejabat Kementerian Keuangan. Beberapa di antaranya adalah Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, Direktur Jenderal Anggaran Askolani, Dirjen Perbendaharaan Andin Hadiyanto, Dirjen Pajak Suryo Utomo, Dirjen Kekayaan Negara Isa Rachmatarwata, dan para staf ahli.
Di lokasi, Sri Mulyani terlihat akrab berbincang dengan Sylvia Sumarlin yang juga satu almamater dengannya. Sylvia menceritakan mengenai kondisi ayahnya sebelum wafat, sedangkan Sri Mulyani berbagi cerita kenangan mengenai masa di UI.
JB Sumarlin, Menteri Keuangan Kabinet Pembangunan V, meninggal pada Kamis, 6 Februari 2020, sekitar pukul 14.00 WIB. Ia menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 87 tahun di RS Carolus, Jakarta Pusat. Jenazah JB Sumarlin tiba di MRCC Siloam Semanggi, Jakarta, Kamis petang kemarin.
Dilansir dari laman resmi Kementerian Keuangan, ada sejumlah penghargaan yang diraih JB Sumarlin seperti Menteri Keuangan terbaik tahun 1989 oleh Euromoney dan tahun 1990 oleh majalah Asia. Ia juga pernah mendapat Bintang Mahaputra Adiprana III 1973 dan meraih Bintang Grootkruis in de Orde van Leopold II dari pemerintah Belgia tahun 1975.
JB Sumarlin adalah menteri di Kabinet Pembangunan V era Presiden Soeharto. Ia menjabat sejak 21 Maret 1988 hingga 17 Maret 1993.
Sebelum masuk ke instansi pemerintahan, jebolan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu pernah menjadi dosen di Fakultas Ekonomi dan sempat bekerja di sebuah perusahaan industri di Jakarta. Di masa Revolusi Fisik, JB Sumarlin pernah berperan serta bergerilya sebagai anggota Palang Merah Indonesia, dan sebagai anggota TNI (Tentara Nasional Indonesia) di Jawa Timur.
Perjalanan karier JB Sumarlin di Kementerian Keuangan dirintis sejak melakukan Gebrakan Sumarlin I pada tahun 1987. Pada saat itu menjabat sebagai Ketua Bappenas dan Menteri Keuangan ad Interim. Gebrakan Sumarlin I adalah pengetatan moneter dengan cara menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Langkah itu dilakukan pemerintah bersama Bank Indonesia untuk mengatasi perekonomian Indonesia yang menghadapi kesulitan. Gebrakan Sumarlin I berhasil menunjukkan perkembangan yang membaik dengan angka pertumbuhan ekonomi 5,7 persen pada 1988 alias melebihi target rata-rata 5 persen.
CAESAR AKBAR