TEMPO.CO, Jakarta - Tangan Johannes Baptista Sumarlin atau JB Sumarlin tiba-tiba lemas saat makan siang bersama anak dan cucunya di kediamannya pada Sabtu, 1 Februari 2020. Tidak lama kemudian, mata kiri dan mulut mantan menteri keuangan itu mendadak tak lagi berfungsi baik.
Keluarga langsung membawanya ke Rumah Sakit Carolus di Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat. "Kok saya tidak bisa melihat," kata JB Sumarlin yang diceritakan anak kedunya, Sylvia Sumarlin di MRCC Siloam Semanggi, Jakarta, Kamis, 6 Januari 2020.
Stroke menyebabkan organ tubuh Sumarlin lainnya tidak berfungsi baik, terlebih perut dan paru-parunya pada Selasa, 4 Februari.
Di hari yang sama JB Sumarlin tiba-tiba menanyakan tanggal wafat istrinya padal tiga tahun lalu. Sylvia menjawab, 6 April, hari Kamis. "Terus dia bilang, saya juga nanti (tanggalnya sama). Sudah tahu betul (bapak)," kata Sylvia mengulang ucapan ayahnya saat itu.
Keesokan harinya, 5 Februari 2020, JBSumarlin kembali menyampaikan ke anaknya, bahwa dia berharap ingin wafat berdekatan dengan tanggal kematian istrinya. Lalu Sylvia dipanggil untuk menyiapkan baju yang akan dikenakannya saat di peti mati.
JB Sumarlin, kata Sylvia, saat itu berpesan ingin memakai baju batik. "Dia bilang, aku kan punya baju Goklar. Padahal baru jadi, belum dipakai," ucap Sylvia.
Saat itu Sylvia langsung menjawab, "Dad, masa pakai baju Golkar. Nanti aku taruh di peti aja ya bajunya, Daddy pakai baju batik. Oke dia setuju," ujarnya.
Pada Kamis, 6 Februari 2020, JB Sumarlin kembali diperiksa dokter. Dokter ketika itu mengatakan kondisi JB Sumarlin membaik.
Namun saat dokter keluar ruangan, Sumarlin melontarkan candaan. "Bapak bilang, dia (dokter) tidak tahu kan hari ini terakhir dia periksa saya. Aku sampai ketawa," kata Sylvia.
Ketika masuk jam makan siang, JB Sumarlin memanggil Sylvia dan bercerita bahwa dia melihat istrinya dengan paras yang menjadi muda. Tidak lama kemudian Sumarlin minta Sylvia untuk disisirkan rambutnya.
Lalu dia meminta Sylvia beryanyi. "Dia mau menghadap Tuhan, katanya. Dia sudah mengatur dirinya sendiri untuk menghadap tuhan," ujar Sylvia.
JB Sumarlin, Menteri Keuangan Kabinet Pembangunan V, meninggal pada Kamis, 6 Februari 2020, sekitar pukul 14.00 WIB. Ia menutup mata untuk selamanya pada usia 87 tahun di RS Carolus, Jakarta Pusat.
Para pelayat sejak kemarin sudah mulai berdatangan saat itu, dari tokoh senior, kerabat Sumarlin, hingga para menteri. Seperti ekonom senior, Emil Salim merasa sangat kehilangan dengan kepergian sahabatnya. Keduanya merupakan alumni pendidikan tinggi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI).
"Pak Sumarlin dengan Pak Sudomo mengusahakan pemberantasan pungutan-pungutan. Beliau sebagai Menpan, Pak sudomo sebagai Kopkamtib, beliau tuh pejuang, gigih," kata Emil Salim.
Di lokasi yang sama, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro juga menyampaikan duka cita yang mendalam atas kepergian salah seorang putra terbaik bangsa itu.
"Saya sangat mengenal beliau sebagai pribadi yang bersahaja tapi selalu tegas dan dalam berdiskusi selalu tajam. Kami sebagai juniornya selalu mendapatkan banyak wejangan dari beliau," kata Bambang.
Dilansir dari laman resmi Kementerian Keuangan, ada sejumlah penghargaan yang diraih Sumarlin. Antara lain Menteri Keuangan terbaik tahun 1989 oleh Euromoney dan tahun 1990 oleh majalah Asia. Ia juga pernah mendapat Bintang Mahaputra Adiprana III 1973 dan meraih Bintang Grootkruis in de Orde van Leopold II dari pemerintah Belgia tahun 1975.
Sumarlin adalah menteri di Kabinet Pembangunan V era Presiden Soeharto. Sumarlin menjabat sejak 21 Maret 1988 hingga 17 Maret 1993.
Sebelum masuk ke instansi pemerintahan, jebolan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu pernah menjadi dosen di Fakultas Ekonomi dan sempat bekerja di sebuah perusahaan industri di Jakarta. Di masa Revolusi Fisik, JB Sumarlin pernah berperan serta bergerilya sebagai anggota Palang Merah Indonesia, dan sebagai anggota TNI (Tentara Nasional Indonesia) di Jawa Timur.
CAESAR AKBAR