TEMPO.CO, Jakarta - Emiten media terutama yang memiliki layanan siaran teresterial atau free to air diperkirakan bisa mencatat kinerja positif pada 2020. Kinerja positif ini di antaranya didorong oleh kenaikan tarif iklan.
Hal tersebut disampaikan oleh Senior Vice President Research PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial. Ia mengatakan saat ini tren tengah berbalik yang mana permintaan terhadap iklan televisi konvensional kembali menggeliat.
Iklan televisi dinilai memberikan benefit yang nyata bagi pengiklan. Sementara itu, platform di luar stasiun televisi, antara lain media sosial dan platfrom digital ternyata tidak menghasilkan keuntungan seperti yang diharapkan para pengiklan.
"Jadi balik lagi ke oldschool (cara lama)," ujar Janson, Kamis, 6 Februari 2020.
Janson menjelaskan, kenaikan benefit iklan televisi juga belum bisa dinikmati perusahaan teknologi yang menyisipkan iklan produknya pada siaran tv konvensional atau free to air (FTA). Pasalnya, selama ini dia menilai placement seperti itu belum efektif.
Tak hanya itu, Janson juga berpendapat produk perusahaan teknologi sarat dengan penggunaan internet. Sementara itu, akses internet di Indonesia belum merata. "Mungkin jadi tahu, (tapi untuk mencoba produk) belum lah orang kita tuh," ujarnya.
Saat ini pendapatan iklan emiten media mencapai triliunan rupiah. Berdasarkan laporan keuangan tiga emiten per September 2019, pendapatan iklan emiten yang memiliki layanan siaran televisi mencapai Rp 12 triliun.
Jumlah tersebut terdiri dari pendapatan iklan PT Intermedia Capital Tbk. sebesar Rp 1,15 triliun, PT Media Nusantara Citra Tbk. sebanyak Rp 6,06 triliun, dan PT Surya Citra Media Tbk. sebesar Rp 4,9 triliun.
BISNIS